BAB II
GAMBARAN UMUM
PERUSAHAAN
A.
Sejarah
PT. Perkebunan Nusantara PKS Sei Garo
Sejalan
dengan kebijaksanaan pemerintah dalam usaha mempercepat realisasi program
pengembangan perkebunan sebagai penghasil Non Migas disamping pendukung usaha
petani untuk meningkatkan ketrampilan dan penghasilan dalam bidang budidaya
tanaman kelapa sawit. Dengan proyek pola PIR akan terbuka lapangan kerja baru
yang cukup luas, yang kemudian dengan timbulnya aktivitas produktif dan peningkatan, diharapkan akan
merangsang bidang lainya seperti transportasi, perdagangan, dan sebagainya.
Dengan
pembukaan perkebunan baru yang terpelihara secara rutin dan teratur, daerah
kritis akan terpelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungannya (
berwawasan lingkungan ).
Proyek
Pola PIR merupakan usaha pembangunan terpadu dan sesuai program pemerintah
dalam membantu merealisasikan delapan jalur pemerataan pembangunan daerah, dan
merangsang daerah-daerah untuk meningkatkan penghasilannya dalam rangka otonomi
daerah.

B.
Visi
dan Misi PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Garo
Ø Visi
Menjadi
perusahaan perkebunan yang tangguh, mampu tumbuh dan berkembang dalam
persaingan global.
Ø Misi
Mengelelolah
agro industri kelapa sawit dan karet secara efisien bersama mitra, untuk
kepentingan stake holder, berwawasan lingkungan, unggul dalam pengembangan
sumber daya manusia dan teknologi.
C.
Pembangunan,
Lokasi dan Area PKS Sei Garo
Pabrik
Kelapa Sawit Sei Garo atas bantuan biaya Asian Development Bank ( Loan No. 789
INO ) di bangun tahun 1989 karena di dalam areal jalur merah PT.CPI, kemudian
lokasi di pindahkan keluar jalur merah dan selesai pada bulan September 1994
dengan kapasitas terpasang 30 ton TBS/Jam dengan bangunan kapasitas 60 ton TBS/Ja

Pembangunan
pabrik dilaksanakan oleh PT. Sumatra Raya Sari Enginering & Co, berdasarkan
Surat Perjanjian No. 05.O/S.Perj/142/89 tanggal 7 Oktober 1989 dan sebagai
konsultan dalam pembangunan pabrik adalah Cemas Consultant dan PT. Tri Karya
Pecindo – Medan
D.
Organisasi
1. Organisasi
Struktural
a. Struktur
Perusahaan dan Struktur Bagian Pengolahan
Ø
|
|
Ø
Struktur Organisasi Bagian Pengolahan

b.
Tugas, Tanggung jawab dan Wewenang
Uraian
Tugas, Tanggung jawab dan Wewenang adalah
sebagai berikut:
1.
Manager
·
Manager memiliki
tugas-tugas sebagai berikut:
·
Memimpin pabrik kelapa
sawit dan membawahi :
−
Masinis Kepala (Maskep)
−
Kepala Tata Usaha (KTU/ATU)
·
Melaksanakan kebijakan
Direksi dalam pengontrolan seluruh kegiatan operasional di PKS.
·
Mendelegasikan wewenang
tugas dan tanggungjawab kepada bawahan yang telah diangkat mampu untuk
melaksanakan tugas tersebut.
2.
Masinis
Kepala
·
Membawahi asisten
laboratorium, asisten pengolahan serta asisten teknik.
·
Meneliti, memberi
petunjuk dan pengawasan pelaksanaan.
3.
Asisten
Teknik
·
Memberi petunjuk dalam
pelaksanaan pengolahan.
·
Mengendalikan proses
pengolahan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
·
Membawahi dan mengawasi
pekerjaan mandor listrik, mandor teknik instalasi dan mandor traksi.
4.
Kepala
Tata Usaha / TU / Personalia
·
Mengadministrasikan
surat masuk dan surat keluar serta mempersiapkan surat keluar untuk kepentingan pabrik.
·
Mempersiapkan daftar
gaji
·
Menkordinir dan
menyusun anggaran belanja kebun.
5.
Asisten
Laboratorium
·
Meneliti dan mencatat
hasil dari pengolahan kelapa sawit.
·
Menentukan standard
dari minyak yang dihasilkan.
·
Membawahi dan mengawasi
pekerjaan mandor laboratorium dan mandor sortasi.
6.
Asisten
Pengolahan
·
Mengkordinasi dan
memberi petunjuk pelaksanaan pengolahan dan laboratorium.
·
Mengendalikan prosesa
pengolahan hasil yang sebaik-baiknya.
·
Membuat rencana
anggaran pengolahan dan laboratorium serta mengendalikan evaluasi.
·
Membuat laporan pengolahan
dan melaporkan penyimpangan yang terjadi.
7. Mandor I pengolahan
Uraian
Tugas :
·
Menerima dan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh Asisten Pengolahan.
·
Membuat prioritas
pekerjaan dan menjabarkan tugas yang diterima dari Aisten Pengolahan serta mengawasi
terlaksananya kelangsungan proses secara umum.
·
Memberikan perintah
kerja kepada mandor umum proses mandor CPO, mandor kernel.
·
Berkordinasi dengan
mandor I Teknik, Mandor Pengendalian Mutu, Krani I.
·
Mengatur penerapan
personil sesuai urgensinya.
·
Mengawasi terlaksananya
kebersihan pabrik dan pelaksanan SMK3 serta ISO 9001-2008
·
Melaksanakan serah
terima didalam pergantian shift dilapangan, minimal 30 menit sebelum shif
berakhir kepada mandor berikutnya
Uraian
tangung jawab :
·
Bertangung jawab terhadap
uraian tugas.
·
Bertangung jawab kepada
asisten pengolahan.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan kebijaksanan
dan kepemimpinan saat pengolahan TBS dalam shifnya atas petunjuk Asisten
Pengolahan.
·
Mengawasi, mengoreksi
dan menghentikan operasi pengolahan TBS tertentu dalam shifnya dengan tetap
berpegangan pada petunjuk dan pembinaan
dari Asisten Pengolahan.
8.
Mandor Umum Proses
Uraian
Tugas :
·
Mengawasi pelaksaan
proses dari Loading Ramp sampai dengan station press serta menjamin operasional
Boiler, Kamar Mesin dan Water Treatment didalam menunjang kelangsungan proses
pengolahan.
·
Mengkordinasikan para
operator yang bertugas di station terkait.
·
Melaporkan kendala
kerusakan yang menghambat kelancaran proses kepada Mandor I.
·
Mengawasi terlaksananya
kebersihan pabrik dan pelaksanaan SMK3 serta ISO 9001-2008.
Uraian
tangung jawab :
·
Bertangung jawab
terhadap uraian tugas.
·
Bertangung jawab kepada
Asisten Pengolahan.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dari kepemimpinan pada proses dari loading sampai dengan station
press serta menjamin operasional Boiler, Kamar Mesin dan Water Treatment didalam menunjang kelangsungan proses
pengolahan, beradasarkan petunjuk Mandor
I / Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi pengolahan TBS tertentu dalam shifnya dengan tetap
berpegang pada petunjuk dan pembinaan dari Asisten Pengolahan.
9.
Mandor CPO
Uraian
Tugas :
·
Menerima dan
melaksanakan tugas yang diterima dari Mandor I.
·
Mengawasi pelaksanaan
proses dari Cake Breaker Convenyor sampai kernel Bin dan pengiriman inti sawit
serta mutu inti sawit.
·
Membuat intruksi
perintah kerja kepada operator untuk melaksanakan tugas sesuai norma standard.
·
Melaporkan kendala
kerusakan yang menghambat kelancaran proses kepada Mandor 1.
·
Mengawasi terlaksananya
kebersihan pabrik dan pelaksanaan SMK3 serta ISO9001-2008. Mulai dari Cake
Breaker Convenyor sampai dengan Gudang Inti.
Uraian
tangung jawab :
·
Bertangung jawab
terhadap uraian tugas.
·
Bertangung jawab kepada
Asisten Pengolahan.
·
Bertangung jawab
terhadap mutu Inti Sawit saat proses pengolahaan.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses pengolahan sampai dengan pengiriman
Inti , berdasarkan petunjuk Mandor I /Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi pengolahan TBS tertentu dalam shifnya dengan tetap
berpegang pada petunjuk dan pembinaan dari Asisten Pengolahan.
10. Mandor kernel
Uraian
Tugas :
·
Menerima dan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi pelaksanaan
proses dari oil gater s/d storage tank dan pengiriman produksi CPO dan serta
mutu CPO
·
Membuat intruksi
perintah kerja kepada operator untuk melaksanakan tugas sesuai norma standard.
·
Melaporkan kendala
kerusakan yang menghambat kelancaran proses kepada atasan.
·
Mengawasi terlaksananya
kebersihan pabrik dan pelaksanaan SMK3 serta ISO9001-2008 mulai dari oil gater
s/d storage tank.
Uraian
tangung jawab :
·
Bertangung jawab
terhadap uraian tugas.
·
Bertangung jawab kepada
Asisten Pengolahan.
·
Bertangung jawab
terhadap mutu CPO pada proses pengolahan.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses pengolahan sampai dengan pengiriman
Inti , berdasarkan petunjuk Mandor I /Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi pengolahan TBS tertentu dalam shifnya dengan tetap
berpegang pada petunjuk dan pembinaan dari Asisten Pengolahan.
11. Operator
Loading Ramp
Uraian
Tugas :
·
Mengkordinir pengisian
TBS kedalam lori= 2.5 ton/lori dan sekaligus menyediakan Restand Lori berisi
TBS dimuka rebusan.
·
Berkonsultasi dengan
operator lainya demi kelancaran pengolahan.
·
Mengkordinir pembantu
operator untuk kebersihan peralatan serta kebersihan peralatan serta kebersihan
lingkungan.
·
Melaporkan segara bila
terjadi kendala-kendala baik pengoperasian maupun peralatan kepada mandor umum
proses.
·
Menjaga norma-norma
peralatan yang telah diintruksikan atasan secara tepat serta mengawasi
pengoperasian peralatan.
·
Mengkordinasikan
pembantu operator untuk kebersihan alat dan lingkungan kerja serta merawat dan
rambu-rambu kerja, dan k3.
Uraian
tangung jawab :
·
Mengawasi seluruh
pekerjaan pembantu operator loading ramp agar berjalan sesuai.
·
Mengidentifikasikan
alat-alat kerja dan APD untuk kelengkapan kerja di loading ramp
·
Mengatur dan menyusun
rencana kerja angota.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada prosespengolahan di loading ramp
berdasarkan petunjuk mandor I, mandor
umum proses. /Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi di stasiun dengan tetap berpegang pada petunjuk dan
pembinaan dari mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
12. Operator
Rebusan
Uraian
Tugas :
·
Mengkordinir pembantu operator waktu proses perebusan dan
sekaligus mengeluarkanya dari dalam rebusan.
·
Membuka dan menutup
pintu muka dan belakang (jalur hoisting crane)
·
Mengatur system
perebusan (pengunaan steam masuk/keluar) dengan semi automatic.
·
Menginformasikan segera
bila terjadi penyimpangan / kerusakan peralatan kepada mandor dan kendala
–kendala lainya serta mengisi jurnal rebusan
·
Mengkordinir pembantu operator untuk kebersihan peralatan
dan lingkungan kerja serta merawat rambu-rambu kerja dan K3.
·
Menjamin kematangan
buah rebusan mengurangi losses minyak yang terkandung dalam air rebusan.
·
Memberikan
petunjuk/tugas dan bimbingan kepada pembantu operatormengenai proses perebusan
dan cara kerjanya.
·
Perebusan dilaksanakan
secara tepat serta mengawasi pengoperasian peralatan.
Uraian
tangung jawab :
·
Mengawasi seluruh
pekerjaan pembantu operator rebusan agar berjalan dengan sesuai.
·
Mengeidentifikasikan
alat-alat keraja dan APD untuk kelengkapan kerja direbusan.
·
Mengatur dan menyusun
rencana kerja angota.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses pengolahan direbusan berdasarkan
petunjuk mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi di stasiun dengan tetap berpegang pada petunjuk dan
pembinaan dari mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
13. Operator
Hoisting Crane
Uraian
Tugas :
·
Mengetes/memeriksa
peralatan Hoisting Crane sebelum dipergunakan untuk pengoperasian sesuai dengan norma-norma yang berlaku
·
Mengkordinir pembantu operator (petugas rantaian) saat
memasang rantai (link Chine) pada lori supaya terjadi kendala pada saat
penuangan buah ke hooper (Auto Feedre) dan pada saat penurunan lori kembali.
·
Mengkordinir pembantu operator (pembantu rantaian) untuk
membersihkan peralatan dan lantai dimuka jalur Hoisting Crane, atas/bawah
theressing serta merawat rambu-rambu kerja dan K3.
·
Menginformasikan segera
bila terjadi penyimpangan / kerusakan peralatan kepada mandor dan kendala
–kendala lainya serta mengisi jurnal lori naik ke Hopper.
·
Mengisi automatic
Feedre sesuai norma sehinga tidak over
capacity.
Uraian
tangung jawab :
·
Mengawasi seluruh pekerjaan
pembantu operator Hoisting Crane agar berjalan dengan sesuai.
·
Mengeidentifikasikan
alat-alat keraja dan APD untuk kerja di Hoisting Crane.
·
Mengatur dan menyusun
rencana kerja angota.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses pengolahan di Hoisting Crane
berdasarkan petunjuk mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi di stasiun dengan tetap berpegang pada petunjuk dan
pembinaan dari mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
14. Operator
Proses
Uraian
Tugas :
·
Mengkordinir pembantu operator dalam kelancaran proses
pengoperasian Screw Press dan Digester.
·
Menjalankan Screw Press
/ Digester sesuai dengan norma-norma yang diintruksikan.
·
Memberi petunjuk kepada pembantu operator dalam
pengoperasian peralatan dan pengisian
Digester sesuai dengan pedoman pengoperasian.
·
Mengkordinir pembantu
operator untuk kebersihan peralatan dan lingkungan kerja serta rambu K3.
·
Melaporkan segera bila
terjadi kendala-kendala baik pengoperasian maupun peralatan kepada Mandor
setelah ditindak lanjuti terlebih dahulu.
·
Mengisi buku jurnal
Screw Press dan Digester terlebih dahulu.
·
Mengadakan kordinasi
dengan operator lainya untuk kelancaran pengoperasian pabrik.
·
Mempertangung jawabkan hasil
proses sesuai norma losses minyak dan persentase biji / inti pecah dari Press.
Uraian
tangung jawab :
·
Mengawasi seluruh
pekerjaan pembantu operator Screw Press / Digester agar berjalan dengan sesuai.
·
Mengeidentifikasikan
alat-alat keraja dan APD untuk kerja di Screw Press / Digester
·
Mengatur dan menyusun
rencana kerja angota.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses berdasarkan Screw Press / Digester
petunjuk mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi di stasiun dengan tetap berpegang pada petunjuk dan
pembinaan dari mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
15. Operator
Klaripikasi
Uraian
Tugas :
·
Mengkordinir pembantu operator dalam melaksanakan pengoperasian
proses pengutipan minyak dan kelancaran operasional peralatan distasiun Klaripikasi.
·
Memberi petunjuk kepada pembantu operator dalam
pengoperasian peralatan sesuai dengan
pedoman pengoperasian untuk mendapatkan sasaran perusahaan.
·
Melaporkan segera
kepada mandor bila terjadi penyimpangan /kerusakan terhadap peralatan yang
tidak dapat ditangulangi sendiri (harus dengan mekanik)
·
Mengkordinir pembantu operatordan melaksanakan pencucian
secara manual sludge separator dan Oil
Furi Fire dengan membongkar pasang Blow Disc Komplit
·
Mengkordinir pembantu operator untuk kebersihan peralatan
dan lingkungan kerja st Klaripikasi.
·
Mengatur pemakaian air
panas sewaktu pencampuran minyak dengan
air panas ditalang Oil Gutter (delusi)
Mandor setelah ditindak lanjuti terlebih dahulu.
·
Mengukur hasil olah CPU
di Storage Tank dan mengisi jurnal pabrik.
·
Membersihkan lingkungan
kerja dan rambu-rambu K3.
Uraian
tangung jawab :
·
Bertangung jawab
terhadap kebutuhan temperatur panas yg dibutuhkan pada semua tangki minyak air
panas, proses pengoperasian peralatan dan kebersihan serta keamanan stasiun
Klaripikasi
·
Bertangung jawab
terhadap pencucianperalatan / mesin sesuai
performa jadwal yang ditentukan maupun diluar jadwal.
·
Bertangung jawab
terhadap proses pengoperasian peralatan dan kebersihanserta keamanan stasiun
Klaripikasi.
·
Bertangung jawab atas
penyiapan minyak pada tangi-tangki sistasiun Klaripikasi.
·
Bekerja sama dengan
petugas dari laboratorium dalam pengawasan hasil olah dan mutu produksi baik secara kualitas dan kauantitas dengan
tidak menimbulkan kendala pada produk akhir.
·
Berkomonikasi dengan
mekanik st Klaripikasi mengenai kesiapan pengoperasian peralatan.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses diklaripikasi petunjuk mandor I, mandor
umum proses / Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi di stasiun dengan tetap berpegang pada petunjuk dan
pembinaan dari mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
16. Operator
Klaripikasi
Uraian
Tugas :
·
Mengkordinir pembantu operator dalam melaksanakan
pengoperasian proses Kernel Plant dan kelancaran operasional peralatan distasiun Klaripikasi.
·
Memberi petunjuk kepada pembantu operator dalam
pengoperasian peralatan sesuai dengan
pedoman yang telah ditentukan (cara menghidupkan / mematikan peralatan step by
step) sasaran perusahaan.
·
Menyetel daya hisap
LTDS I dan LTDS II agar losses tidak terlalu tinggi.
·
Kapasitas hasil olah
kernel yang dihasilkan sesuai dengan norma rendemen yang telah ditentukan.
·
Mengkordinir pembantu operator untuk pembersihan peralatan
dan kebersihan stasiun.
·
Melaporkan segera bila
terjadi kendala-kendala baik pengoperasian maupun peralatan kepada Mandor
setelah ditindak lanjuti terlebih dahulu.
·
Mengisi buku jurnal jam
jalan stasiun kernel.
·
Mengadakan kordinasi
dengan operator lainya untuk kelancaran pengoperasian pabrik.
·
Mempertangung jawabkan
mutu dan losses sesuai norma.
·
Membersihkan lingkungan
kerja dan rambu-rambu K3.
Uraian
tangung jawab :
·
Mengawasi seluruh
pekerjaan pembantu operator kernel agar berjalan dengan sesuai.
·
Mengidentifikasikan
alat-alat kerja dan APD untuk kelengkapan kerja distasiun kenel.
·
Mengatur dan menyusun
rencana kerja.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses dkernel plant berdasarkani petunjuk
mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi di stasiun dengan tetap berpegang pada petunjuk dan
pembinaan dari mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
17. Operator
Water Treatment
Uraian
Tugas :
·
Mengkordinir pembantu operator dalam melaksanakan
pengoperasian proses Instalasi Water Treatment dimulai dari water intake,
sehinga volume air tetap stabil, termasuk external treatment.
·
Mengokordinir
pencampuran bahan kimia Al Sulfate, Soda Ash dan Tawas sesuai petunjuk analisa
laboratorium.
·
Memberi petunjuk kepada pembantu operator, mengenai
pengopersian pompa pompa Water Treatment
secara bergantian dan Back Wash.
·
Memeriksa peralatan dan
instalasi dan mengetes peralatan sebelum dioperasikan seperti pompa panel
listrik.
·
Mengisi buku jurnal jam
stasiun water treatment, catatan
kerusakan bila ada untuk dilaporkan kepada mandor dan asisten.
·
Bekerja sama dengan
pembantu operator untuk kebersihan panel, pompa dan lingkungan tempat kerja pada
stasiun water treatment.
·
Mengadakan kordinasi
dengan operator-operator lainnya untuk kelancaran pengoperasian pabrik.
·
Mengidentifikasikan
kondisi dan volume air waduk untuk dilaporkan kepada mandor dan asisten
·
Membersihkan lingkungan
kerja dan rambu-rambu K3.
Uraian
tangung jawab :
·
Mengawasi seluruh
pekerjaan pembantu operator water treatment agar berjalan dengan sesuai.
·
Mengidentifikasikan
alat-alat kerja dan APD untuk kelengkapan kerja distasiun water treatment.
·
Mengatur dan menyusun
rencana kerja.
Uraian
Wewenang :
·
Menerapkan
kebijaksanaan dan kepemimpinan pada proses di water treatment berdasarkani
petunjuk mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
·
Mengawasi, mengkoreksi
dan menghentikan operasi di stasiun dengan tetap berpegang pada petunjuk dan
pembinaan dari mandor I, mandor umum proses / Asisten Pengolahan.
2.
Organisasi Pendukung
a. Organisasi
Serikat Pekerja Perkebunan
Berfungsi
menjalani kemitraan dengan Management Perusahaan dalam rangka meningkatkan
kinerja perusahaan khususnya di bidang hak dan kewajiban pekerja.

Gambar
3. Plang Skretariat SP-BUN Unit PKS-SGO
b. Organisasi
P2 K3
Berfungsi
menjalani kerja sama dengan Management Perusahaan khususnya di bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja ( K3 ).

Perlu ditambahkan
bahwa PKS Sei Garo telah meraih Sertifikat Bendera Emas K3 dan Zerro Accident.
c.
Organisasi ISO
Berfungsi
mendukung perusahaan menjadi perusahaan yang di akui dunia Internasional. PKS Sei Garo pada Desember 2006 telah meraih sertifikat ISO 9001 :
2000 selanjutnya untuk lingkungan dalam pembenahan untuk , meraih ISO 14.000
series.
d. Organisasi
Keagamaan
Berbentuk
Majelis Taklim & BKAK. Merupakan wadah untuk membina kerohanian karyawan
dan keluarganya.
e. Organisasi
Keolahragaan
Meliputi
bola kaki, Volley, Takraw, Bulu Tangkis yang tersedia lapangan untuk mendukung kesehatan pekerja &
keluarganya.
E.
Kinerja
Perusahaan
PKS
Sei Garo berkemampuan olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari yang di pasok
dari :
-
Kebun Inti :
3.139 Ha
-
Kebun Plasma : 5.974
Ha
Hasil
olah berupa Minyak Sawit ( CPO ) dan Inti Sawit ( Kernel ) dimana
CPO pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan export dan local melalui PT.SAN di
Pelabuhan Dumai, sedangkan Inti Sawit umumnya di jual lokal ke PT.BKR dan
PT.Inti Benua.
Tabel 1. Data realisasi produksi dan
mutu pengolahan :
No
|
Uraian
|
Realisasi Produksi ( KG )
|
Ket
|
|||
2006
|
2007
|
2008
|
RKAP 2009
|
|||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
TBS diolah terdiri dari
Kebun se
Induk) Kg)
Plasma ( Kg )
Pihak Ke
III ( Kg )
Jumlah Produksi
- Minyak Sawit (ton )
- Inti Sawit ( ton )
Rendement
- Minyak Sawit (% )
- Inti Sawit (% )
Mutu CPO
- ALB ( % )
- K.Air ( % )
- K.Kotoran ( % )
Mutu Inti
- K.Air ( % )
- K.Kotoran ( % )
Harga Pokok
(Excl By Umum & Penyusutan)
Harga Pokok
( Incl By Umum &
Penyusutan)
|
108.295.920
-
-
-
23.829.154
5.614.277
22,00
5,18
2,95
0,15
0,015
6,56
7,56
312,06
515,51
|
128.625.980
-
-
-
28.400.509
6.683.377
22,08
5,20
2,79
0,14
0,014
6,57
6,24
293,32
465,71
|
155.293.950
-
-
-
34.087.656
8.330.757
21,95
5,36
2,78
0,14
0.014
6,67
6,08
312,16
481,09
|
166.056.000
70.362.000
65.000.000
30.694.000
37.118..977
8.388.828
22,35
5,05
3,50
0,15
0.020
7,00
6.00
253,56
471,37
|
Masalah
yang dihadapi PKS Sei Garo :
·
Pasokan TBS PKS Sei
Garo 42,37 % TBS Inti 57,63 % T BS Plasma dan Non Plasma ( Pembelian Pihak Ke
III ).
·
Adanya 5 Unit PKS
Swasta yang tidak mempunyai lahan antara lain :
PKS
PT. Bumi Makmur Karya +/- 4 Km
PKS
PT. Masterindo +/-
15 Km
PKS
PT. Sekar Bumi alam Lestari +/-
29 Km
PKS
PT. Saroha +/-
30 Km
PKS
PT. Johan Sentosa +/-
45 Km
·
PKS Swasta memberikan
fee kepada pengurus KUD ( system ijon ).
F.
Ketenagakerjaan
PKS
Sei Garo mempunyai Karyawan Pimpinan sebanyak 9 orang dan Karyawan Pelaksanaan
sebanyak 147 orang yaitu :
Karyawan
Pimpinan (structur golongan III A – IV D ) terdiri dari :

Assisten Teknik :1orang
Assisten Pengendali Mutu :1orang
Assisten Pengolahan :2orang
Assisten Administrasi :1orang
Assisten Umum :1orang
Perwira Pengaman :1orang +
Jumlah :
9 orang
Karyawan Pelaksanaan (golongan
I A – II D ) terdiri dari :
Bagian
Teknik :
37 orang
Bagian
Pengolahan :
66 orang
Bagian
Pengendalian Mutu :
21 orang

Jumlah :
147 orang
Jadi, jumlah keseluruhan karyawan/i PKS Sei Garo
PTPN V Pekanbaru adalah sebanyak 156 orang.
G.
Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( SMK3 )
SMK3
TUJUAN
DAN SASARAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal
2
Tujuan
dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan : suatu system keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsure manajemen, tenaga
kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terinterigasi dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
Pasal
3
1.
Setiap perusahaan yang
memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung
potensi bahaya yang di timbulkan oleh karateristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
2.
Sistem Manajemen K3 sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh
tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Pasal 4
1.
Dalam menerapkan Sistem
Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, perusahaan wajib melaksanakan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Menetapkan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap
penerapan Sistem Manajemen K3.
b. Merencanakan
pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja.
c. Menerapakan
kebijakan keselamtan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
d. mengukur,
memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau
secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem manajemen K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja.
1. Tujuan
dan sasaran
Tujuan
dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan oleh
perusahaan sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi:
a. Dapat
diukur.
b. Satuan/indicator
pengukuran.
c. Sasaran
pencapaian.
d. jangka
waktu pencapaian.
Penetapan
tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus di
konsulatasi dengan wakil tenaga kerja, ahli K3, dan pihak-pihak lain yang
terkait. Tujuan dan sasaran sesuai dengan Perkembangan.
2. Tinjauan
Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen
Pimpinan
yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang Sistem manajemen K3 secara
berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.
Ruang
lingkup tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 harus dapat mengatasi implikasi
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan
jasa termasuk dampak nya terhadap kinerja perusahaan.
Tinjauan
Ulang Sistem Manajemen K3 harus meliputi:
a. Evaluasi
terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Tujuan,
sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
c. hasil
yemuan dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Evaluasi
efektifitas penerapan Manajemen K3 dan kebutuhan.
Untuk
mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:
·
Perubahan peraturan
perundangan.
·
Tuntutan dari pihak
yang terkait dan pasar.
·
Perubahan produk dan
kegiatan perusahaan.
·
Perubahan Struktur
organisasi perusahaan.
·
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi.
·
Pengalaman yang didapat
dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja.
·
Pelaporan.
·
Umpan balik khususnya
dari tenaga kerja.
3. Keamanan
Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3
Sistem
Kerja :
·
Petugas yang
berkompeten telah Mengidentifikasikan bahaya yang potensisal dan telah menilai
resiko-resiko dari suatu proses kerja.
·
Apabila upaya
pengendalian resiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat
pengendalian.
·
Terdapat prosedur kerja
yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu Sistem “ijin“ Kerja
untuk tugas-tugas berisiko tinggi.
·
Prosedur atau petunjuk
kerja untuk mengelolah secara aman seluruh risiko yang terindetifikasi
didokumentasi.
·
Kepatuhan dengan
peraturan, standard dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan pada saat
mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja.
·
Prosedur kerja dan
intruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga
kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh
pejabat yang ditunjuk.
·
Alat pelindung diri
disediakan bila diperlukaan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu
dalam kondisi layak pakai.
·
Alat pelindung diri
yang digunakan dipastikan telah layak pakai sesuai dengan standard atau peraturan perundangan yang berlaku.
·
Upaya pengendalian resiko
ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada proses kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengembangan
tanaman kelapa sawit selalu disertai dengan pembangunan pabrik. Hal ini
disebabkan minyak sawit mudah mengalami perubahan kimia dan fisika selama
minyak dalam tandan dan pengolahan. Oleh sebab itu, pengembangan tanpa disertai
dengan pengembangan pabrik merupakan hal yang sia-sia. Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh
ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, cangkang, dan tandan kosong .
Pabrik
kelapa sawit terdiri dari unit-unit proses yang
memanfaatkan tindakan-tindakan bentuk mekanis, fisikan dan kimia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengolahan ialah efisiensi ekstraksi minyak dan inti sawit dan kualitas
produksi atau rendement yang diperoleh, sedangkan kualitas produksi berpengaruh
terhadap daya saing pasar. Tandan
buah segar (TBS) terdiri dari komponen kimia yang sebagian besar mudah
mengalami perubahan-perubahan kimia akibat pengaruh dari dalam atau dari luar.
Keadaan ini memerlukan cara-cara pengolahan yang cermat dan teliti sehingga
Minyak sawit dan inti sawit yang diproduksi oleh pabrik minyak kelapa sawit
masih mendapat perlakuan lanjutan pada
industri hilir. Kualitas bahan baku tersebut mempengaruhi keberhasilan dalam
pengolahan lanjutan.






![]() |
STASIUN
MINYAK STASIUN
BIJI
Diagram alir pengolahan awal
A.
Sejarah
Perkembangan dan Perkembangbiakan Kelapa Sawit
1. Sejarah
Perkembangan Kelapa Sawit
Kelapa
sawit merupakan tanaman plasma nutfah yang berasal dari Afrika. Masuk ke Indonesia pada tahun 1848, di
tanam di kebun raya Bogor. Percobaan
pengembangan Kelapa sawit, di Muara Enim (1869), di Musi Ulu (1878), di
Belitung (1890). Kebun
Kelapa sawit pertama sekali di buka pada tahun 1911 di Tanah Itam Ulu (Sumatera
Utara) oleh maskapai Olie Palm Culture dan di Pulau Raja oleh maskapai
Huilleries de Sumatera-RCMA.
Pohon
Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan
untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa
Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan
berasal dari Amerika Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis
oleifera, Tengah dan Amerika Selatan.
Kelapa
sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan
buahnya berupatan dan,serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak,
berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi
minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.
Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan
pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Gambar
5. Pohon Kelapa Sawit dan Buahnya.
2. Perkembangbiakan
Kelapa Sawit
Kelapa
sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
Kelapa
sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit
dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya
memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah
namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya
berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya
steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan
antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab
melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis
namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging
perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai
28%.


Gambar 6. Jenis-jenis Kelapa Sawit
Kelapa sawit
sangat bermanfaat, mulai
dari industri makanan
sampai industri kimia.
Data selengkapnya mengenai produk dan penggunaan minyak sawit:

Selain
minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan
berpotensi untuk diproses menjadi
pupuk organik melalui
fermentasi (pengomposan)
aerob dengan penambahan mikroba
alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) mencapai 23
% dari jumlah
pemanfaatan limbah kelapa sawit. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat
menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai dengan 50 %. Kompos TKKS memiliki
beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :
·
Memperbaiki struktur tanah berlempung
menjadi ringan.
·
Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
·
Bersifat homogen dan mengurangi risiko
sebagai pembawa hama tanaman.
·
Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci
oleh air yang meresap dalam tanah.
·
Dapat diaplikasikan pada sembarang
musim.
B.
Stasiun
Penerimaan Buah (Fruit Reception)
Stasiun
penerimaan buah adalah proses pengolahan buah kelapa sawit dimulai dari penimbangan buah sampai dengan pemindahan
buah ke lori rebusan. Tahapan prosesnya antara lain :
1. Proses
Penimbangan Buah (Weight Bridge).
2. Proses Penimbunan dan Pemindahan Buah (Loading
Ramp).
3. Lori
Rebusan (Boogies and Cages) dan
Transfer Carriage.
1. Proses
Penimbangan Buah (Weight Bridge).
Jembatan
Timbang adalah alat ukur yang berfungsi untuk menimbang dan mengetahui
jumlah berat, yaitu bruto, tarra dan
netto dari setiap truk yang masuk dan keluar yang isinya berupa TBS, CPO,
Kernel, dan lain sebagainya.

Gambar
7. Jembatan Timbang
Proses
penerimaan buah dipabrik terlebih dahulu ditimbang di Jembatan Timbang.
Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat brutto, berat tarra dan berat
netto TBS dari setiap kebun yang akan diolah di PKS.
a.
Cara Penimbangan Brutto, Tarra, dan
Netto :
Untuk
TBS
·
Berat Brutto = Berat truk masuk ( berat truk kosong +
TBS )
·
Berat Tarra = Berat
truk keluar ( berat truk kosong )
·
Berat Netto = Berat
Brutto – Berat Tarra
Untuk
CPO
·
Berat Tarra = Berat
truk masuk ( berat truk kosong )
·
Berat Brutto = Berat truk keluar ( berat truk + CPO )
·
Berat Netto = Berat
Brutto – Berat Tarra.
b. Prosedur
Penimbangan
Truk
masuk atau keluar memberi surat ke petugas timbangan lalu ditandatangani oleh
Manager / Maskep. Semua pencatatan untuk penerimaan TBS dicatat dalam kertas
PB25, sedangkan untuk jumlah CPO dan inti yang akan dikirim dicatat dalam
kertas PB33. Untuk pencatatan berat selain CPO dan inti dicatat dalam Log Book
( Buku catatan tersendiri ).
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penimbangan adalah :
−
Pada
awal penimbangan jarum harus berada pada titik nol.
−
Timbangan
dibaca pada posisi maksimum (saat menimbang).
−
Sopir dan kondektur harus turun selama
proses penimbangan.
−
Keluar dan masuknya kendaraan harus
perlahan-lahan sehingga terhindar dari goncangan atau benturan.
−
Pemeriksaan kebersihan timbangan
dilakukan setiap haari.
−
Pada waktu musim hujan,air yang ada
didalam pit harus dipompa terus-menerus untuk menghindari penyimpangan
timbangan dan kerusakan alat.
−
Pemeriksaan total dilakukan sekali
seminggu dan terra ulang dilakukan sekali setahun sesuai dengan petunjuk jadwal
metrologi.
Dalam
proses penimbangan ini data-data yang penting dan harus diperoleh adalah :
−
Kebun
atau afdeling asal TBS baik dari kebun sendiri ataupun dari pihak ketiga
(masyrakat).
−
Nomor
dan tanggal pengiriman.
−
Tujuan
pengiriman TBS.
−
Nomor
polisi kendaraan berangkat.
−
Jumlah
tandan, tahun tanam, dan jam penimbangan.
−
Berat
TBS, tanggal dan jam penimbangan.
−
Hal-hal
diatas harus diketahui juga oleh asisten pengolahan.
2. Proses Penimbunan dan Pemindahan Buah (Loading
Ramp).
Proses
penimbunan dan pemindahan buah adalah proses penimbunan sementara buah kelapa
sawit dan kemudian dipindahkan ke lori rebusan. Pada proses penimbunan
sementara tujuannya adalah untuk mensortir kondisi buah apakah buah kondisi
matang atau mentah, dan juga untuk mengetahui jenis varietas buah, serta dari
mana asal buah kelapa sawit.
Pada
proses pemindahan ke lori rebusan adalah untuk menentukan jumlah berat yang
dipindahkan ke lori rebusan, dan mensortir isi buah yang dipindahkan ke lori
rebusan (campuran jumlah berat buah yang masih melekat di tandan dengan jumlah
berat buah yang sudah terlepas dari tandan/brondolan). Tujuannya adalah untuk
homogenisasi pada proses merebus buah.


Gambar
8. Tempat penimbunan sementara
a. Sortasi
Sortasi buah dilakukan terhadap
semua TBS dari semua kebun baik kebun seinduk, PIR, ataupun pihak ke – 3 yang
merupakan kebun sendiri ataupun kebun seinduk. Buah yang disortasi dituang
dilantai/pelataran loading ramp, dipilih dan dipilah atas fraksi 0 sampai
fraksi 5, brondolan, tangkai panjang > 2,5 cm, buah busuk dan buah
sakitdipisahkan dan dimusnahkan (dibakar) dengan membuat berita acara disaksikan
oleh asisten afdeling pengirim atau yang mewakilidan diterbitkan LK (laporan
ketidak sesuaian). Hasil sortasi panen digunakan untuk menghitung rendemen
distribusi tiap-tiap afdeling pemasok membuat material balance untuk setiap fraksi, tahun tanam dan setiap
afdeling kebun. Jenis buah pada umumnya adalah jenis Tenera.

Gambar
9. Sortasi
Kelapa sawit dikenal terdiri dari 4
macam tipe/varietas yang dibedakan berdasarkan tebal tempurungnya, yaitu :
·
Macrocarya. Yaitu tempurungnya sangat tebal sekitar
5 mm sedang dagimg buahnya sangat tipis.
·
Dura. Yaitu tempurungnya cukup tebal antara 2 – 8
mm, daging buah relatif tipis
dengan persentasi buah antara 35 – 50%.
·
Tenera. Yaitu tempurungnya sudah menipis antara
0,5 – 4 mm, dengan persentasi daging buah terhadap buah tinggi antara 60 – 96%.
·
Pisifera. Ketebalan tempurung sangat tipis hampir
tidak ada tetapi daging buahnya tebal. Panen kelapa sawit terutama didasarkan
pada saat kadar minyak mesocarp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak
bebas (ALB) minimum, yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan
tertentu/ripe.
Kriteria
kematangan yang tepat ini dapat dilihat dari warna kulit buah dan jumlah buah
yang rontok pada tiap tandan.Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp dan 20% buah yang dilapisi kulit
yang tipis, kadar minyak dalam pericarp sekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit
adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.Kriteria kematangan TBS, persyaratan
mutu dan komposisi yang ideal adalah sebagai berikut :
Tabel
3. Kriteria Kematangan Buah
Fraksi
|
Kematangan
|
Buah Luar
Memberondol
|
Komposisi
Panen Ideal
|
Fraksi 00
|
Sangat
Mentah
|
Tidak Ada
|
Tidak boleh
ada
|
Fraksi 0
|
Mentah
|
0 – 12%
|
Tidak boleh
ada
|
Fraksi 1
|
Kurang
Matang
|
12, 50% –
25%
|
Maks 20%
|
Fraksi 2, 3
|
Matang
|
25% - 75%
|
Min 68%
|
Fraksi 4, 5
|
Lewat Matang
|
75%-100%
|
Maks 12%
|
Berondolan
|
-
|
-
|
> 8%
|
Selain itu ada beberapa kriteria
mutu di dalam sortasi yang dikenakan pinalti apabila terdapat :
−
Kotoran, berupa sampah, tanah, pasir,
dll ;
−
TBS tangkai panjang, yaitu panjang
tangkai lebih dari 2, 5 cm ;
−
Buah busuk ;
−
Buah sakit.
Proses sortasi TBS dilakukan dengan
cara mengambil sample 5% sampai 10% dari produksi atau minimal 1 truk dari
setiap afdelling dan untuk pihak ke 3 ( plasma, pembelian dan titip olah )
disortasi seluruhnya, apabila dalam 1 afdelling terdapat tahun tanam yang
berbeda maka dilakukan sortasi terhadap setiap tahun tanam. Kriteria matang
panen sangat menentukan didalam pencapaian rendemen minyak dan rendemen inti
sawit.
Tabel
4. Kriteria Rendemen Minyak
Kematangan
Panen
|
Rendemen
Minyak
|
Kadar ALB
|
Buah Mentah
|
14 – 18
|
1, 1 – 2, 8
|
Buah Agak
Matang
|
19 – 23
|
1, 7 – 3, 3
|
Buah Matang
|
24 – 30
|
1, 8 – 4, 9
|
Buah Lewat
Matang
|
28 – 31
|
3, 8 – 6, 1
|
b. Loading
Ramp
Setelah
melalui proses sortasi, TBS dikumpulkan di loading ramp, kemudian dimasukkan ke
dalam lori untuk dilakukan proses selanjutnya. Loading merupakan tempat
penumpukan TBS sementara. Adapun fungsi dari loading ramp adalah sebagai berikut :
·
Sebagai tempat pendistribusian TBS ke
lori rebusan ;
·
Tempat menampung TBS dari kebun sebelum
diproses ;
·
Sebagai tempat pembersihan sementara
dari kotoran pasir, tanah, debu, serta kotoran lain yang melekat pada TBS.
Perlu
diperhatikan juga bahwa pengaturan sirkulasi buah yang masuk diatur sedemikian
rupa dengan menerapkan sistem FIFO (Firs In First Out), dimana buah yang
terlebih dahulu masuk menjadi prioritas utama untuk diolah. Tujuan dari sistem
FIFO yaitu :
·
Menekan naiknya ALB sebelum diproses ;
·
Menghindari susutnya buah akibat terlalu
lama diinapkan.
Tandan buah segar ( TBS ) di tuang
pada tiap – tiap sekat dan diatur melalui pintu – pintu dengan isian sesuai
kapasitas lori. Lantai loading ramp dirancang dengan sisi miring 150
agar TBS mudah jatuh dan masuk ke lori. Proses
di loading ramp sangat bergantung pada jumlah dan kapasitas lori.


Gambar
10. Loading Ramp
3. Lori
Rebusan (Boogies and Cages) dan
Transfer Carriage.
a. Lori Rebusan (Boogies and Cages)


Gambar
11. Lori Rebusan
Pengisian
TBS pada lori hendaknya jangan terlalu penuh karena dapat mengakibatkan :
−
Pintu / plat penahan TBS dapat bengkok ;
−
TBS dan berondolan dapat jatuh ;
−
Merusak plat distribusi steam di dalam
sterilizer ;
−
Kematangan buah tidak merata.
Hal-hal
diatas dapat megakibatan kerugian produksi (menahan looses, kenaikan ALB, dan
bertambahnya jam kerja pabrik).
b. Transfer
Carriage
Transfer
Carriage berfungsi sebagai alat penghantar TBS yang sudah dimasukkan ke lori dan
dipersiapkan untuk masuk ke rebusan ( sterilizer ).


Gambar12
. Transfer Carriage
C.
Stasiun
Rebusan (Sterilizer Station)
Stasiun rebusan adalah proses pemindahan dari lori
rebusan ke sterilizer (rebusan), merebus buah, dan mengeluarkan serta
mengangkat lori yang berisi rebusan TBS ke proses selanjutnya (Stasiun
Penebah/Threser). Baik buruknya mutu dan jumlah hasil olah suatu pabrik kelapa
sawit, terutama ditentukan oleh keberhasilan rebusan. Sterilizer
(rebusan) adalah bejana bertekanan yang digunakan
untuk merebus buah. Tahapan
prosesnya terdiri-dari :
1. Alat
Penarik (Capstand)
2. Jaringan
Rel (Rail Track)
3. Rebusan
(Sterilizer)
1. Alat
Penarik (Capstand)
Alat penarik (Capstand) adalah alat penarik lori keluar masuk dari sterilizer (rebusan). Proses penarikan
dimulai dari penimbunan sementara (Loading
Ramp) ke rebusan (sterilizer)
atau sebaliknya. Sebelum Capstand
dijalankan, bollard harus dalam
keadaan bersih dan kering, hal ini untuk menghindari tali slip waktu
dijalankan. Bollard capstand dijalankan
untuk menarik lori dengan melilitkan tali secara teratur dan tidak bertindihan.
Alat penarik yang digunakan adalah elektro motor yang memiliki daya yang cukup
untuk menarik lori yaitu 15 kW, 1500 rpm, dan putaran tarikan 20-35 rpm, dengan
kapasitas berjumlah 10 lori.


Gambar
13. Alat Penarik (Capstand)
2.
Jaringan
Rel (Rail Track)
Jaringan
Rel (Rail Track) berfungsi untuk
membantu dan mempercepat pemasukan dan pengeluaran lori dari rebusan (sterilizer) atau dari loading ramp ke sterilizer lalu ke stasiun penebah (thresser). Kondisi jaringan rel merupakan faktor pembatas dalam
penetapan kapasitas pabrik.
Stagnasi
yang sering terjadi di jaringan rel akan mengakibatkan pengaruh negatif
terhadap :
−
Kapasitas
olah pabrik akan menurun karena bahan baku yang diolah berkurang.
−
Efisiensi
ekstraksi yang menurun akibat jam olah efektif yang berkurang, sedangkan buah
di loading ramp mendesak untuk diolah sehingga sering berakibat peningkatan
kapasitas olah pada alat-alat tertentu seperti pada screw press tanpa mempertimbangkan ekstraksi alat.
−
Kekurangan
bahan bakar terjadi akibat penurunan jumlah kontinuitas bahan olah yang
merupakan sumber bahan bakar untuk boiler.


Gambar 14. Jaringan Rel (Rel
Track)
3.
Rebusan
(Sterilizer)
Rebusan (sterilizer)
adalah alat yang digunakan untuk melakukan perebusan, dimana alat ini merupakan
bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Untuk menjaga
tekanan dalam rebusan tidak melebihi tekanan kerja yang diizinkan, rebusan
diberi katup pengaman (safety valve).
Tahap
pertama setelah dari transfer cariage yang harus dijalani oleh buah kelapa
sawit dalam rangka pengolahan untuk memperoleh minyak dan inti sawit adalah
proses perebusan atau lazim disebut sterilizer. Pengoperasiannya sudah
digunakan secara komputerisasi yang tersinkron dengan boiler dan BVP ( Back
Vessel Pressure ). Uap yang
digunakan adalah saturated steam
dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dan pada suhu 1400C sudah
cukup untuk membunuh enzim lipase.
Rumus kimia minyak saawit adalah :
C15 + H31 – COOH2 C15 H31
– COOH C15 H31
– COOH2
Adapun tujuannya TBS direbus ke dalam sterilizer adalah
:
·
Menghentikan Aktivitas Enzim
Bauh
yang dipanen mengandung enzim upase oksidase yang tetap bekerja di dalam buah
sebelum enzim tersebut dihentikan. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator
dalam pembentukan asam lemak bebas (ALB) sedangkan enzim oksidasi berperan
dalam pembentukan peroksida yang kemudian berubah menjadi gugus aldehide dan
kation. Senyawa tersebut bila teroksidasi akan terbentuk asam lemak bebas.
Jadi
asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim
lipasedan oksidase. Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah TBS mengalami
kememaran (luka). Enzim umumnya tidak aktif lagi bila dipanaskan sampai suhu
>500C. Maka perebusan dengan suhu >1200C sekaligus menghentikan kegiatan
enzim.
·
Melepaskan Buah dari Tandannya
Minyak
dari inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah prosesnya ekstraksi
minyak, buah perlu dipisahkan dari tandannya. Pelepasan buah dan Spikht karena
adanya hidrolisa pectin yang terjadi dipangkal buah. Jadi Hidrolisa pectin ini
telah terjadi secara alam dilapangan yang menyebabkan buah membrondol.
Hidrolisa pectin dapat terjadi pula didalam ketel rebusan, dengan adanya reaksi
yang dipercepat oleh pemanasan. Panas dan uap didalam ketel akan meresap ke
dalam buah karena adanya tekanan Hidrolisa pectin dalam tangkai tidak
seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu perlu dilakukan proses
perontokan buah didalam mesin Tressing.
·
Menurunkan Kadar Air
Proses
Sterilisasi buah dpat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu
dengan cara penguapan baik dari dalam saat direbus maupun saat sebelum
dimasukkan ke Tressing. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan
menyebabkan minyak sawitdari antara sell dapat bersatu dan mempunyai viskositas
yang rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses pengempaan (proses
ekstraksi minyak).
·
Melunakkan Buah Sawit
Kulit
buah yang mendapatkan perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat, serat
yang mudah lepas antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan
mempermudah proses didalam Digester dan Depericarper/Polishing. Karena adanya
panas dan tekanan tersebut maka air yang terkandung dalam inti akan menguap
lewat mata biji sehingga proses pemecahan biji lebih mudah (dalam Rippel mill).


Gambar
15. Rebusan (Sterilizer)
Cara
pemasukan lori ke dalam bejana rebusan ini dilakukan dengan cara mendorong
kesepuluh lori kedalamnya dan ditutup rapat untuk menghindari keluarnya uap
melalui celah pintu tersebut.
Jenis-Jenis
Perebusan
Pengelompokkan
jenis Sterilizer ini didasarkan menurut system dan perebusannya. Pemilihan
system perebusan selalu dengan kemempuan Boiler memproduksi uap, untuk sasaran
bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Berdasarkan system perebusan tersebut,
Sterilizer dapat dikelompokkan kedalam 3 jenis yaitu :
Ø Single
peak.
Ø Double
peak.
Ø Tripple
peak.
Ø Sterilizer
Single peak
Yaitu
Sterilizer dengan proses perebusan yang hanya satu tahap proses perebusan. Uap
masuk sesuai dengan waktu yang ditentukan, sampai mencapai tekanan konstannya
dan kemudian turun,
pembuangan uap dari ruang perebusan.

Grafik
Sitem perebusan single peak
Ø Sterilizer
Double Peak
Yaitu
Sterilizer dengan system perebusan dua tahap pemasukan uap dan tahap pembuangan
kondensat (uap air) dapat digambarkan sebagai berikut:

Grafik
System perebusan double pick (SPDT)
Adapun
perinian system perebusan dua punak :
Dearasi :
2.5 menit
Pemasukan
uap dan pembukaan puncak I dan II :
20 menit
Masa
penahanan dan tekanan 2.5 – 2.7 Kg/cm2 :
60 menit
Pembuangan
uap terakhir :
7.5 menit
Total
Waktu Perebusan :
90 menit
Ø Sterilizer
Triple Peak
Yaitu
Sterilizer dengan tiga tahap perebusan/pemasukan uap ke dalam ruang Sterilizer
sebanyak 3 kali (tiga tahap). Dapat dibedakan dalam 3 bentuk siklus yakni :
·
Sistem perebusan Triple Peak (SPTP).
·
Sistem perebusan Tripple Peak Datar
(SPTPD).
·
Sistem perebusan Tripple Peak bertahap
(SPTPB).
Sistem
perebusan triple peak ini banyak digunakan, karena disamping adanya tindakan
fisika juga dapat terjadi proses mekanik, yaitu adanya goncangan yang
disebabkan oleh perubahan tekananyang cepat. Keberhasilan system perebusan
triple peak ini dipengaruhi oleh:
−
Kapasitas Ketel rebusan.
−
Bahan Baku.
−
Lamanya Perebusan.

Grafik
System perebusan triple peak (SPTP)
Pada
umumnya proses berlangsung pada tekanan uap 2.5 – 3.0 Kg/cm2 dengan suhu
perebusan 130 – 140 oC selama 75 – 90 menit.
Adapun
perincian Sistem Tiga Puncak :
Dearasi :
2.5 menit
Pemasukan
ua dan pembukaan puncak I , II dan III :
25 menit
Masa
penahanan dan tekanan 2.8 – 3.0 Kg/cm2 :
50 menit
Pembuangan
uap terakhir :
7.5 menit
Total
Waktu Perebusan : 85 menit
D.
Stasiun
Penebah (Threshing Station)
Stasiun
penebah (Threshing Station) adalah
stasiun pemisahan brondolan dengan
janjangan kosong. Ketidak sempurnaan proses pengolahan pada stasiun ini akan mempengaruhi
efisiensi pabrik. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung penebahan yang
baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh sebab itu perlu ditambahkan bahwa
keberhasilan penebahan juga tergantung pada proses perebusan.
Pada proses pemipilan (threshing) diusahakan
berondolan terpipil dari janjang semaksimal mungkin dengan batas berondolan
yang tidak terlepas dari janjang (unstripped bunches) < 3 % terhadap EFB.
Proses yang tidak sempurna dalam stasiun ini dapat mempengaruhi efisiensi
pabrik. Batas total kehilangan minyak (oil losses) dan kehilangan kernel (kernel losses) pada proses pemisahan
berondolan maksimal adalah :
−
Oil
losses :
0.01 % di unstripped bunches dan 0.30 % terhadap TBS di janjangan
kosong.
−
Kernel
losses : 0.01 % di unstripped bunches
terhadap TBS.
Proses
stasiun penebah terdiri-dari :
1. Hoisting
Crane.
2. Pengisi
Otomatis (Automatic Feeder).
3. Penebah
(Threser).
4. Conveyor
Tandan Kosong (Empty Bunch Conveyor).
5. Conveyor
Buah (Fruit Conveyor).
6. Timba
Buah (Fruit Elevator).

Gambar
16. Stasiun Penebah
1. Hoisting
Crane
Lori
yang berisikan buah yang sudah direbus, secara tersusun ditempatkan pada capstand untuk kemudian diangkut dan
menuangkannya ke dalam Automatic feeder
menggunakan hoisting crane.


Gambar
17. Hoisting Crane
Hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
−
Sebelum hoisting crane dioperasikan, alat pengaman dicoba dan harus
berfungsi dengan baik.
−
Staad
draad cable harus diganti dengan yang baru, apabila
dijumpai adanya bagian-bagian kabel yang putus.
−
Seluruh gerakan (maju mundur, naik
turun) harus dimulai dari gerak lambat.
−
Pada saat hoisting crane beroperasi tidak boleh ada orang yang melintas
dibawah.
−
Rantai angkat slip, yang ditanggulangi
dengan perbaikan pada chain block,
pada ring dan lori dan juga rantai.
−
Alat angkut berayun dan lori jatuh, yang
ditanggulangi dengan pengisian lori yang merata dan juga penempatan rantai lori
yang tepat.
2. Pengisi
Otomatis (Automatic Feeder)
Automatic
feeder merupakan alat pengisi otomatis yang mengatur buah masuk ke dalam alat
penebah (thresher). Fungsinya adalah
sebagai pengumpan buah kedalam thresher. Ketinggian lapisan buah pada auto feeder yang terdapat di PKS sekitar 20-30 cm (yaitu sekitar 2-3
lori). Penumpukan atau ketebalan buah yang terlalu besar pada auto feeder mengakibatka lossis pada
tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan pengumpanan buah ke thresser.



Gambar
18. Proses penuangan buah ke auto feeder
3. Penebah
(Threser)
Penebah
(threser) berfungsi untuk memisahkan
berondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membanting serta
mendorong janjang kosong pada empty bunch conveyor. Proses pelepasan/perontokan
buah akibat adanya bantingan pada striper drum yang berputar 23 rpm.


Gambar
19. Penebah (threser)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas kerja threser :
−
Feeding,
yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (volume umpan ke threser). Kecepatan putaran drum pemipil
(stripper drum) yang baik adalah
23-26 rpm. Jika putaran drum terlalu lambat atau terlalu cepat maka akan
mempengaruhi peroses pelepasan/perontokan brondolan.
−
Kecepatan drum ini dihitung dengan rumus
:

Dimana : N
= putaran drum
D = diameter drum threser (1,8 m)
d = diameter TBS (0,3 m)
Maka :
; N = 23 rpm.

−
Kebersihan kisi-kisi tempat keluarnya
berondol.
−
Sudut pengarah (dengan kemiringan yang
baik adalah 15 – 250C).
−
Sewaktu berputar tandan buah dalam alat
penebah harus mencapai ketinggian maksimal sebelum jatuh.
−
Pengaturan buah yang masuk kedalam alat
penebah disesuaikan dengan kapasitas alat, sehingga tidak terjadi kelebihan
kapasitas.
Hal-hal
yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna :
−
Buah yang mentah.
−
Buah yang kurang masak dalam perebusan.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah :
−
Pengisian merata dan tidak terlalu penuh
−
Lakukan pembersihan pada kisi-kisi
setiap berhenti mengolah.
4. Conveyor
Tandan Kosong (Empty Bunch Conveyor and
Empty Bunch Hopper)
Janjangan
kosong akan terdorong keluar dari threser
dan masuk ke horizoltal empty bunch
conveyor, kemudian inclined empty
bunch conveyor untuk selanjutnya dibawa ke bunch hopper sebelum dibawa ke lapangan. Janjangan kosong dapat
digunakan sebagai pupuk (mulsa).


Gambar
20. Empty Bunch Conveyor and Empty Bunch
Hopper
5. Conveyor
Buah (Fruit Conveyor)
TBS yang melalui proses pemipilan
menghasilkan berondolan yang dialirkan oleh fruit conveyor menuju fruit
elevator.


Gambar
21. Fruit Conveyor
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada fruit
conveyor selama beroperasi adalah :
−
Adanya sampah-sampah yang tersangkut
pada metalan gantungan dan poros, harus dibuang jika ada.
−
Baut-baut netalan gantungan daari
kopling jika longgar dikuatkan ikatannya.
6. Timba
Buah (Fruit Elevator)
Timba buah (fruit elevator) berfungsi untuk menaikkan berondolan dari fruit
conveyor ke top fruit conveyor dan
selanjutnya ke distributor fruit conveyor
untuk dibagikan ke digester.


Gambar
22. Timba Buah (Fruit Elevator)
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian adalah :
−
Baut-baut timba agar tetap terikat kuat.
−
Stel rantai jika kendor.
−
Jangan terlalu penuh, karena dapt
mengakibatkan beban lebih pada motor penggerak.
E.
Stasiun
Kempa (Press Station)
Stasiun
kempa adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan minyak kasar dari buah
melalui proses pelumatan dan mengempa. Baik buruknya pengoperasian peralatan
ini mempengaruhi efisiensi pengutipan minyak.
Pengepresan
berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah
(pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada
tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C
sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang
viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan
ampas serta biji. Biji yang bercampur dengan serat masuk ke alat cake breaker
conveyor untuk di pisah antara biji dan seratnya, sedangkan minyak kasar
dialirkan ke stasiun klarifikasi (pemurnian).
Proses
di stasiun kempa ada beberapa tahapan proses, yaitu :
1. Proses
pada Ketel Adukan (Digester).
2. Proses
pada Kempa (Screw Press).
3. Pemecah
ampas kempa (cake breaker).
4. Pemisah
biji & ampas (dipericarper).
1. Proses
pada Ketel Adukan (Digester)
Berondolan
buah yang telah rontok pada proses thresher, selanjutnya dimasukkan kedalam
alat pengaduk (digester). Didalam alat pengaduk brondolan dilumat dengan pisau
pengaduk yang berputar sambil dipanaskan.
Di
dalam pengadukan di digester akan menyebabkan terjadinya :
−
Daging buah terlepas dari nut sehingga
nut lebih mudah dipisahkan.
−
Lumatnya daging buah sehingga minyak
mudah dikeluarkan.
−
Massa buah akan lebih merata dan
temperatur menjadi lebih homogen.
−
Sebagian minyak keluar dari daging buah
kemudian dikeluarkan melalui lubang bottom plate digester.
Selama
pengadukan diperlukan pemanasan yang kontinue sehingga massa buah dan
kekentalan (viscosity) minyak menurun yang berakibat minyak akan mudah
dikeluarkan. Proses pengadukan berlangsung akibat adanya gesekan antara pisau
dengan berondolan dan adanya tekanan gaya berat dari berondolan yang terisi
penuh dalam alat pengaduk.



Gambar
23. Ketel Adukan (Digester)
Tujuan
pengadukan adalah :
−
Melepaskan sel-sel minyak dari daging
buah dengan cara mencabik dan mengaduk .
−
Memisahkan daging buah dan nut.
−
Menghomogenkan massa berondolan sebelum
diumpan ke press.
−
Mempertahankan tempratur massa campuran
buah agar tetap pada tempratur 90 sampai 950C untuk menghasilkan
ekstraksi minyak yang efisien pada mesin press.
Pengadukan
yang baik dilaksanakan dengan kondisi :
−
Ketel adukan terisi ¾ dari kapasitas
penuh digester
−
Suhu 90 – 950C
−
Waktu pengadukan 30 menit.
Jika
kondisi ini tidak tercapai maka buah tersebut akan sulit untuk dipress dan
akibatnya kehilangan minyak dalam ampas press akan tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja digester adalah :
−
Kondisi pisau pengaduk digester ;
−
Level volume buah dalam digester,
minimal berisi ¾ dari volume digester (pisau bagian atas tertutup oleh
berondolan) ;
−
Keberhasilan bottom plate ;
−
Kebocoran-kebocoran ;
−
Kematangan buah yang sudah direbus ;
−
Kondisi plat siku penahan pada dinding
digester
−
Temperatur, dijaga pada suhu 90 – 950
C untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan air. Temperatur dalam
digester dijaga dengan menginjeksikan steam ataupun dengan menggunakan steam
jacket ;
−
Waktu pengadukan 15 – 20 menit.
2. Proses
pada Kempa (Screw Press)
Fungsi
pengepresan adalah untuk mengeluarkan minyak (crude oil) dari daging buah (pericarp)
dengan cara diperas oleh tekanan. Tekanan cone yang digunakan pada press
sebaiknya adalah 30 – 40 ampere. Tekanan yang kurang akan mengakibatkan losis
minyak pada fiber akan tinggi, tetapi persentase biji pecah akan rendah.
Tekanan cone yang terlalu tinggi mengakibatkan persentase biji pecah tetapi
proses pemerasan minyak maksimal ( lossis minyak di fiber rendah ).
Untuk
memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90 oC – 95 oC,
yg diberikan dengan meng-injeksikan uap langsung atau pemanasan mantel
(Jacket). Jarak pisau dengan dinding Digester maksimum 15 [mm]. Pelumatan
dilakukan dengan cara :
Buah
masak (brondolan) dari konveyor pembagi dimasukkan ke dalam ketel aduk setelah ketel
adukan berjalan
−
Isian harus penuh, pintu Digester harus
tertutup
−
Setelah pengadukan berjalan ±15 [mn],
pintu dibuka ± ¾
Faktor
– faktor yang mempengaruhi press :
−
Kondisi worm screw press dan Tekanan ;
−
Kematangan buah dari sterilizer ( buah
rebus yang masih mentah ) ;
−
Air Delusi suhu 90 – 950 C dan Kebersihan pada press.
Hal
– hal yang perlu diperhatikan adalah :
−
Press cake harus keluar merata di
sekitar konus ;
−
Tekanan hidrolik pada akumulator 40 – 50
kg/cm2 ;
−
Pada akhir pengoperasian ataupun terjadi
gangguan / kerusakan, sehingga screw press harus berhenti untuk yang lama,
screw press harus berhenti untuk harus dikosongkan ;
−
Tekanan screw press ;
−
Pembersihan menyeluruh dan pemeriksaan
dilaksanakan setiap minggu.
Keuntungan
yang diperoleh dari proses screw press adalah :
−
Kapasitas press cukup tinggi ;
−
Ekstrasi yang maksimal sehingga
kehilangan minyak dapat diminimalkan ;
−
Daya yang digunakan cukup rendah ;
−
Pemisahan yang baik antara nut dengan
fiber.
Kerugiannya
adalah :
−
Persentase nut pecah yang cukup tinggi ;
−
Pemurnian crude oil menjadi lebih sulit
sehingga membutuhkan peralatan sentrifugral sludge buangan.


Gambar
24. Mesin Kempa (Screw Press)
3. Pemecah
Ampas Kempa ( cake breaker ).
Ampas
pres yg masih bercampur biji dan ber-bentuk gumpalan-gumpalan dipecah dan
dibawa oleh alat pemecah kempa ini ke alat selanjutnya untuk dipisah antara
ampas dan biji. Alat ini terdiri dari pedal-pedal yg diikatkan pada poros yg
berputar. Kemiringan pedal diatur sehingga pemecahan gumpalan terjadi dengan
sempurna dan peng-uapan air dapat berlangsung dengan lancar. Untuk mempercepat
penguapan air, diberikan pemanasan dengan uap sistem mantel
Hal-hal
yg perlu diperhatikan :
−
Spriklet maupun benda-benda lain yg
melekat pada poros dan metalan gantung harus dibuang.
−
Baut Pedal longgar harus segera
diperbaiki.
−
Pembersihan dan pemeriksaan secara
menyeluruh dilakukan setiap jadwal yang ada.
4. Pemisah
ampas dan biji (Depericarper)
Depericarper
adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji, serta membersihkan biji dari sisa
serabut yg masih melekat pd biji. Ampas kering terhisap ke dlm siklon ampas
(Fibre Cyclone) dan melalui Air Lock masuk ke dlm konveyor bahan bakar,
sedangkan biji jatuh ke bawah dan dihantar konveyor ke dalam drum pemolis. Drum
pemolis berputar ± 32 [rpm]. Akibat adanya putaran ini terjadi gesekan yg
menyebabkan serabut lepas dari biji.
F. Stasiun Klarifikasi
1.
Stasiun
Pemurnian Minyak
Hasil
pada proses press di atas menghasilkan ampas dan minyak. Untuk minyak dialirkan
ke proses pemurnian, proses pemurnian bertujuan memisahkan minyak dari lumpur
dan air berdasarkan berat jenis dan tingkat kekentalannya, minyak kasar hasil
pengepresan akan masuk ke stasiun ini untuk diproses lebih kanjut sehingga
diperoleh minyak hasil produksi.
Minyak
kasar hasil pengepresan masih banyak mengandung air dan kotoran yg harus
diproses kembali melalui beberapa peralatan seperti continous settling tank,
oil purifier, decanter, sludge separator, vacum drier yg bertujuan untuk
pemurnian minyak sehinggan hasil akhir menjadi produksi minyak CPO dengan mutu
baik dengan batasan :
−
ALB minyak produksi 3 s/d 4 [%]
−
Kadar air produksi 0,09 s/d 0,10 [%]
−
Kadar kotoran produksi 0,01 [%]
Adapun
tujuan pengolahan di stasiun pemurnian adalah:
−
Melakukan penjernihan dengan cara
pengendapan minyak kasar hasil pressan yang masih mengandung air dan
kotoran lainnya.
−
Melakukan pemisahan minyak dengan air
dan zat padat yang ada pada sludge dengan bantuan Decanter atau Sentrifuge.
−
Menurunkan kandungan kotoran dan air yang ada di CPO melalui
proses di Purifier dan Vacuum Dryer.
−
Mendapatkan minyak CPO yang memenuhi
standard mutu yang disyaratkan secara maksimal.
Stasiun
pemisah minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Minyak kasar
hasil stasiun pengempaan, dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut
sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran
dilakukan dengan system pengendapan sentripusi dan penguapan
Tahapan-tahapan
pada proses pemurnian minyak adalah sebagai berikut :
a. Tangki
Pemisah Pasir ( Sand Trap Tank ).
b. Saringan
Getar ( Vibro Separator ).
c. Tangki
Minyak Kasar ( Crude Oil Tank ).
d.
Pemisah Minyak ( Decanter )
e. Tangki
Pemisah (Vertical Clarifier Tank).
f.
Tangki Masakan Minyak ( Oil Tank ).
g. Sentripusi
Minyak ( Oil Purifier ).
h. Pengering
Minyak ( Vacuum Dryer )
i.
Tangki sludge (Sludge Tank)
j.
Tangki Penyimpanan Minyak ( Storage Tank ).
a. Tangki
Pemisah Pasir ( Sand Trap Tank )
Fungsinya
adalah menangkap pasir, minyak akan mengalir melalui bafle – bafle yang
berfungsi untuk menangkap pasir. Dalam melakukan blow down harus dengan suhu 950 C, sehingga yang
terbuang adalah benar – benar NOS (Non Oil Solid). Faktor yang mempengaruhi
efektifitas Sand Trap Tank yaitu : Temperatur 90 – 950 C; Kondisi
Umpan; Kondisi Bafle.
b. Saringan
Getar ( Vibro Separator )
Fungsinya
adalah untuk menyaring crude palm oil dari serabut – serabut yang dapat
mengganggu proses pemurnian minyak. Vibro Separator mempunyai 3 jenis, yaitu
single deck, double deck, dan triple deck.


Gambar
25. Vibro Separator
c. Tangki
Minyak Kasar ( Crude Oil Tank )
Crude
Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dan
lolos dari saringan. Minyak yang masih mengandung partikel-partikel yaitu air
dan lumpur dari Vibro Separator akan ditampung sementara pada Crude Oil Tank (
COT ). Alat ini bekerja secara kontiniu dan dari Crude Oil Tank akan diteruskan
ke Distributor Tank dengan menggunakan 2 unit Crude Oil Tank berkapasitas 30
ton/ jam dan menggunakan electromotor berkapasitas 20 HP per unit.


Gambar
26. Crude Oil Tank
Crude
Oil Tank dilengkapi dengan steam coil untuk memanaskan campuran minyak, yaitu
dengan suhu 950 C. Fungsi dari Crude Oil Tank adalah untuk menurunkan
NOS ( Non Oil Solid ); menambah panas; transit tank.
Faktor
yang mempengaruhi kerja COT adalah :
−
Temperatur ;
−
Kondisi Bafle.
d. Pemisah
Minyak ( Decanter )
Decanter
merupakan alat pemisah minyak, air dan padatan (solid) secara sentripusi datar.
Minyak kasar dari tangki penampungan dipompakan melalui saringan berputar
(Brush Strainer) dan pemisah awal (Desander) masuk ke dalam Buffer Tank untuk
dipanasi dengan sistem injeksi hingga temperatur 95 – 100 [oC].
Setelah temperatur dicapai, alirkan ke dlm Decanter, akibat gaya sentrifugal
maka padatan bergerak ke dinding Bowl dan dido-rong ke bawah oleh ulir dan
keluar melalui Bushing.
Cairan
dengan masa jenis lebih kecil (minyak) menuju ke arah poros dan keluar melalui
Wear Plate Light Phase, untuk mendapatkan hasil pemisahan yg baik dilakukan
penyetelan pada kedua Wear Plate.
e. Vertical
Clarifier Tank ( VCT )
Fungsi
dari VCT adalah memisahkan minyak, air dan NOS secara gravitasi. Pemisahan
antara minyak dan air adalah dengan perbedaan berat jenis. Dan suhu yang baik
untuk terjadinya pemisahan air dan minyak adalah 900 – 950C,
dimana minyak akan selalu berada diatas karena berat jenis minyak lebih kecil
dari 1 kg/m3, sedangkan berat jenis air adalah 1 kg/m3. Tempratur
dicapai dengan menggunakan steam
injection dan steam coil. Steam injection dilakukan pada saat awal
pengolahan untuk mempercepat menaikkan tempratur. Untuk efektifitas kerja dari
VCT adalah dengan ketebalan minyak ± 60cm dan baru dilakukan pengutipan melalui
skimmer. Stirer / Agitator pada VST
berfungsi untuk mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan
memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge. Kecepatan strirer yang
digunakan adalah 8 -9 rpm.
Faktor
yang mempengaruhi kinerja VCT adalah :
−
Tempratur yaitu 90-950 dan Air
delusi ;
−
Stirer
atau Agitator dan Kualitas feeding ;
−
Blow
down,
dilakukan secara rutin.

Gambar
27. Vertical Clarifier Tank (VCT)
f. Oil
Tank
Fungsi
dari oil tank adalah sebagai tempat transit minyak sebelum diolah di oil
purifier. Pada oil tank suhu harus dijaga pada suhu 950 C untuk
mengurangi kadar air sehingga kerja oil purifier tidak terlalu berat, untuk
membuang kotoran yang terdapat pada bagian bawah OT harus dialkukan blowdown
setiap 3 jam. Faktor yang mempengaruhi kinerja oil tank adalah :
Temperatur
harus berkisar 90 – 950 C ;
−
Kebersihan tangki ;
−
Kondisi steam oil ;
−
Blowdown.

Gambar
28. Oil Tank
g. Oil
Purifier
Fungsi
oil purifier adalah untuk mengurangi NOS dan kadar air dengan menggunakan
prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis dan dengan cara
sentrifugal. Efektifitas pemisahan dalam oil purifier dikendalikan oleh seal water dan gravity disc (alva laval)
dan regulating ring (westfalia).
Pembukaan
seal water dilakukan pada awal proses
dan pada saat beroperasi kran seal water
harus ditutup, karena jika kran dibuka akan mengakibatkan kadar air dalam
minyak meningkat. Gravity disc
disesuaikan dengan mutu minyak yang akan dihasilkan.
Pemilihan
gravity disc terlalu besar
mengakibatkan minyak banyak terikut ke drain. Regulating ring digunakan
untuk mengatur tekanan outlet minyak yang disesuaikan dengan tekanan di vacuum dryer. Ukuran regulating ring yang digunakan adalah
114 dan 117 mm.
Faktor
–faktor yang mempengaruhi kinerja oil purifier adalah :
−
Kontrol valve feeding ;
−
Kondisi gear pump ;
−
Strainer ;
−
Kebersihan disc;
−
RPM.


Gambar
29. Oil Purifier
h. Vacuum
Dryer
Vacuum Dryer berfungsi
untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Ujung pipa yang masuk kedalam
vacuum dryer dibuat sempit berbentuk nozzle-nozzel sehingga akibat kevakuman
tangki, minyak tersedot dan menguap didalam vacuum
dryer. Tempratur minyak dibuat 90 -950C supaya kadar air cepat
menguap dan uap air tersebut akan terhisap oleh injection steam atau vacuum
pump dengan elektromotor bertenaga 7,5 kW, 1500 rpm, 28 kW, 2800 rpm untuk
menurunkan tekanan dalam minyak, dengan ukuran tekanan hampa -0,8 s/d 1,0 kg/cm2,
selanjuttnya terdorong keluar. Vacuum
dryer yang digunakan berjumlah 2 buah, yang masing-masing dilengkapi dengan
steam ejector. Steam yang digunakan pada steam
ejector adalah superheated steam
dari boiler dengan tekanan 15 kg/cm2. Steam
dan air dari steam ejector kemudian
dialirkan ke hot well tank. Minyak
yang telah bersih dari bottom vacuum
dryer dan selanjutnya dipompakan ke storage
tank melalui air cooler untuk
didinginkan sampai 500C.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi kinerja vacuum
dryer adalah :
−
Tekanan steam
−
Kebocoran –kebocoran
−
Kuantitas dan kualitas feeding
−
Kondisi nozzel dan Air pendingin
−
Tekanan vacuum yang kering, 760 mmHg

Gambar
30. Vacuum Drye
i.
Storage Tank
Storage Tank
berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum
dikirim ke pihak/tempat lain. Hal-hal yang harus diperhatikan pada storange tank adalah kebersihannya,
kondisi steam coil dan temperatur. Storage
tank harus dibersihkan secara terjadwal pada saat pembersihan dan
pemeriksaan kondisi steam coil harus
dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa steam coil dapat mengakibatkan naiknya
kadar air pada CPO.

Gambar
31. Storage Tank

Diagram flow sheet peralatan untuk
proses pemurnian minyak.
2. Proses
Pengambilan Minyak dari Sludge Hasil VCT
Tahapan-tahapan
pada proses pengambilan minyak dari sludge hasil VCT antara lain :
a. Vibro
Separator.
b. Sludge
Tank.
c. Brush
Strainer.
d. Sand
Cyclone / Pre-cleaner.
e. Buffer
Tank.
f. Sludge
Separator.
g. Fat
Sludge Tank.
h. Fat-fit.
i.
Storage Tank dan Dispacht Tank
a. Vibro
Separator
Fungsinya
adalah untuk menyaring sludge yang
berasal dari VCT untuk memisahkan serabut – serabut yang dapat mengganggu
proses selanjutnya. Jumlah sludge vibro separator
di stasiun klarifikasi ada 1 unit.
b. Sludge
Tank
Fungsi
dari sludge tank adalah sebagai
tempat penampung sementara dari sludge
sebelum diolah di sludge separator.
Faktor
–faktor yang mempengaruhi sludge tank adalah kebersihan tanki; blowdown; temperatur pada 90 - 950C; kondisi umpan; jumlah sludge tank yang ada di stasiun
klarifikasi ada 4 unit.

Gambar
32. Sludge Tank
c. Brush
Strainer
Fungsi
dari brush strainer adalah menangkap serabut –serabut yang masih terkandung di
dalam sludge separator sehingga memudahkan di dalam proses selanjutnya. Faktor
–faktor yang mempengaruhi kinerja brush striner adalah Kebersihan alat; kondisi
umpan; blowdown. Jumlah brush strainer yang ada adalah 2 unit.

Gambar
33. Brush Strainer
d. Sand
Cyclone / Pre-cleaner
Fungsi
dari sand cyclone adalah untuk
menangkap pasir yang masih terkandung dalam sludge, sehingga memudahkan proses
selanjutnya. Kinerja sand cyclone
dapat diketahui dari selisih antara tekanan masuk dan tekanan keluar pada pressure gauge. Untuk pre-cleaner aval laval selisih tekanan
> 1,5 bar dan untuk westfalia selisih tekanan > 2,5 bar. Endapan pasir di
dalam sand cyclone akan diblowdown
secara otomatis melalui system pneumatic dengan setting interval tertentu.
Untuk
membuang pasir yang tertangkap pada sand
cyclone dipergunakan sludge pre
cleaner. Alat ini pada bagian atas berbentuk silinder, dan bagian bawah
berbentuk konus terdapat tabung dari bahan keramik. Prinsip pemisahan pasir
pada sand cyclone adalah akibat gaya
sentrifugal yang dihasilkan oleh cyclone
serta perbedaan berat jenis.
Perlu
diperhatikan pembuangan pasir pada tabung bagian bawah dilakukan secara
rutinitas dengan cara :
−
Kran atas tabung pengendapan ditutup ;
−
Buka kran air pencuci ;
−
Buka kran penbuangan air ;
−
Setelah bersih tutup kran pembuangan
pasir tersebut ;
−
Tutup kran air pencuci ;
−
Buka kran atas tabung pengendapan.
e. Buffer
Tank
Fungsi
dari buffer tank adalah sebagai tempat penampung sludge sebelum didistribusikan
ke sludge separator.
f. Sludge
Separator
Fungsi
dari sludge separator adalah untuk
mengutip minyak yang masih terkandung di dalam dengan cara centrifugal, dimana
air dan NOS dengan berat jenis yang lebih besar dari minyak akan terlempar
keluar dan minyak akan masuk kebagian dalam. Kapasitas sludge separator
ditentukan oleh nozzle yang digunakan
yaitu : 1.45, 1.6, 1.8 dan 2.0 mm. Ukuran nozzle
yang dipakai diusahakan sekecil mungkin untuk meminimumkan kehilangan
minyak pada drab buang separator.
Pengoperasian
sludge separator dengan cara membuka
kran air penuh dan mengatur kran umpan sludge. Hal ini dikontrol melalui sudut
flap sigh glass air membentuk 95.
Proses pemisahan dalam sludge separator ini ditentukan dengan adanya balance water dan minyak di pompakan
keluar melalui paring disc minyak.

Gambar
34. Sludge Separator
Faktor
–faktor yang mempengaruhi kinerja sludge separator adalah :
−
Kualitas feeding
−
Ukuran nozzle
−
Balance water
−
Temperatur umpan
−
Kondisi alat
Untuk
mengetahui kinerja sludge separator adalah dari losses yang terjadi pada drab
buang dari sludge separator yaitu 0,8 – 1,2%.
g. Fat
Sludge Tank
Fat sludge tank berfungsi
sebagai tempat penampungan sementara dari spui vertical clarifier tank, oil tank, dan sludge tank, outlet sludge
separator line 1 serta minyak dari fat-fit.
Selanjutnya cairan dari fat sludge tank diponpakan kembali ke vertical clarifier tank. Pada tangki ini dilakukan juga pemanasan
dengan menggunakan steam injection untuk
menjaga tempratur dalam tangki 90 – 950C.
h. Fat
fit
Hasil
buangan dari sludge separator, air
pencucian, serta blown down dari unit
klarifikasi masih mengandung minyak,
sehingga seluruhnya ditampung di parit dan dialirkan ke fat fit. Didalam bak fat fit,
cairan tersebut dipanaskan dan akibat perbedaan berat jenis maka terjadi
pengendapan. Minyak yang berat jenisnya lebih rendah akan berada pada permukaan
bagian atas, sedangkan air dan lumpur akan berada pada bagian bawah. Minyak
yang ada pada bagian atas tersebut dipompakan ke drab tank. Selanjutnya diteruskan ke vertical clarifier tank untuk diproses kembali. Sedangkan air dan
lumpur dialirkan ke unit pengolahan limbah.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah :
−
Hindari sampah-sampah, biji, berondolan
dan lain-lain agar tidak masuk bak ini, agar pipa hisap pompa tidak tersumbat.
−
Hindari kebocoran pada pipa, kran dan
pompa yang dapat menyebabkan sebagian minyak terbuang dan pengotoran diareal
bak tersebut.

Gambar
35. Bak Fat fit

Diagram flow sheet peralatan
pengutipan minyak dari Fat Pit
i.
Storage Tank / Dispacht Tank
Fungsi
dari storage tank adalah untuk tempat penyimpanan sementara minyak produksi
yang akan dihasilkal sebelum dikirim. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
storange tank adalah kebersihannya, kondisi steam coil dan temperatur. Storage
tank harus dibersihkan secara terjdwal pada saat pembersihan dan pemeriksaan
kondisi steam coil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi
kebocoran pada pipa steam coil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.

Gambar
36. Dispacht Tank

Diagram Flow Sheet peralatan
pengolahan sludge
G.
Stasiun
Pemecahan Biji ( Kernel Recovery Station )
Hasil
pada proses press di atas menghasilkan ampas dan minyak. Untuk minyak dialirkan
ke proses pemurnian, proses pemurnian bertujuan memisahkan minyak dari lumpur
dan air berdasarkan berat jenis dan tingkat kekentalannya, minyak kasar hasil
pengepresan akan masuk ke stasiun ini untuk diproses lebih kanjut sehingga
diperoleh minyak hasil produksi. Kernel
recovery meliputi aspek kegiatan pemecahan biji, pemisahan kernel dari
cangkang, pengeringan serta penyimpanan
kernel. Kebijakan yang ditetapkan :
−
Melalui proses pemecahan biji diharapkan
diperoleh effisiensi pemecahan yang tinggi dan broken kernel yang rendah
−
Pemisahan kernel dengan cangkang
diharapkan diperoleh kernel dengan kualitas sesuai standard dan kehilangan
kernel minimal.
−
Dengan pengeringan diharapkan kadar air kernel produksi sesuai
standard sehingga lebih tahan disimpan.
Adapun
standard kualitas yang ditetapkan adalah
sebagai berikut:
−
Kadar air kernel
: max. 7.00 % terhadap
sample
−
Kadar kotoran (dirt) :
max. 7.00 % terhadap sample
−
kernel pecah (broken kernel) : max.15.00 % terhadap
sample
Total
kehilangan kernel (kernel losses) di stasiun
pemisahan kernel maksimal
adalah
:
−
kernel losses di dry shell : 2.5 % terhadap sample
−
Kernel losses di wet shell : 3.5 % terhadap sample
Campuran
ampas (fibre) dan biji (nut) yang keluar dari screw press diproses kembali di stasiun
kernel untuk menghasilkan :
−
Cangkang (shell) dan fibre yang
digunakan sebagai bahan bakar boiler
−
Kernel (inti sawit) sebagai hasil
produksi.
Tahapan-tahapan
proses pada stasiun pemecah biji (kernel) adalah :
1. Cake
brake conveyor
2. Depericarper
3. Nut
polishing drum
4. Nut
transport
5. Nut
silo
6. Nut
grading drum
7. Ripple
mill dan super craker
8. LTDS
(Light Tenera Dust Separation)
9. Kernel
grading drum
10. Claybath
11. Kernel
silo
12. Kernel
storage
1. Cake
Brake Conveyor ( CBC )
Ampas
( press cake ) dari screw press
berupa cake yang terdiri dari biji dan serabut jatuh ke cake brake conveyor. Fungsi dari cake breaker conveyor (CBC)
adalah untuk membawa dan memecahkan gumpalan cake dari stasiun press ke Depericarper. Hisapan blower didasarkan
pada benda – benda yang memiliki berat jenis atau daya apung yang relatif kecil. Serabut yang memilki daya
apung yang lebih besar dari biji akan dihisap oleh blower untuk kemudian
dialirkan ke ketel uap sebagai bahan bakar. Biji yang telah lepas dari serabut
akan jatuh ke depericarper guna
membersihkan biji dari serabut atau batu – batu yang terikut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja CBC adalah :
−
Kualitas dan kuantitas umpan ;
−
Clearance blade sebaiknya 5 mm dari
liner body ;
−
Panjang CBC, semakin panjang CBC maka
proses pengeringan fiber akan semakin sempurna.

Gambar
37. Cake Brake Conveyor
2. Depericarper
Biji
yang terpisah dari serabut akan jatuh ke polishing drum ( depericarper ) untuk
membersihkan dari serabut atau kotoran yang terikut. Prinsip kerja dari alat
ini adalah gaya gesekan antara biji dan dinding depericarper yang ditimbulkan
akibat perputaran depericarper sehingga biji yang mengandung serat atau kotoran
akan dapat dikikis dan dipisah dari biji. Biji yang telah bersih akan keluar
dari ujung atau lubang depericarper untuk selanjutnya dialirkan ke nut elevator
dan masuk ke nut silo. Fungsi dari depericarper adalah untuk memisahkan fiber
dengan nut dan membawa fiber untuk bahan bakar boiler.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektifitas kerja Depericarper :
−
Kualitas umpan ;
−
Kondisi ducting ;
−
Adjustment dumper pada fan dan column ;
−
RPM fan ;
−
Air lock pada fiber cyclone dan CBC ;
−
Kondisi fan ;
−
Kebersihan ;
−
Jarak antara CBC dengan Nut Polishing
Drum (NPD).


Gambar 38. Depericarper
3. Nut
Polishing Drum
Nut
polishing drum adalah suatu drum yang berputar yang mempunyai plat – plat
pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam dan pada asnya. Di ujung
nutpolishing drum terdapat kisi – kisi sebagai tempat keluarnya nut yang
kemudian jatuh ke conveyor dan dihisap ke nut transport. Biji yang telah
dipisahkan dari ampasnya masuk ke dalam nut polishing drum dan karena putaran
drum tersebut, biji – biji akan dipolis untuk melepaskan serat – serat yang masih tinggal pada biji
oleh plat – plat yang ada pada dinding dan asnya. Kecepatan putaran drum adalah 26 – 28 rpm.
Fungsi
dari nut polishing drum adalah :
−
Membersihkan biji dari serabut yang
masih melekat ;
−
Membawa nut dari Depericarper ke nut
transport ;
−
Memisahkan nut dari sampah ;
−
Memisahkan gradasi nut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas Nut Polishing Drum adalah :
−
Kondisi plat pengarah/pengangkat ;
−
RPM, diameter, panjang ;
−
Diameter lubang penyaring ;
−
Jumlah lubang penyaring ;
−
Kualitas dan kuantitas feeding ;
−
Aliran udara (air flow) ;
−
Kebersihan.


Gambar
39. Nut Polishing Drum
4. Nut
Transport



Gambar 40. Nut Silo dan Nut Transport
5. Nut
Silo
Fungsi
dari Nut Silo adalah tempat
penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Kebersihan shaking
grate pada nut silo harus
diperhatikan karena mempengaruhi terhadap keluaran nut silo, agar nut yang
terolah sesuai dengan FIFO (first in first out).

Gambar
41. Nut Silo
6. Nut
Grading Drum
Fungsi
dari nut grading drum adalah
memisahkan fraksi biji berdasarkan diameternya. Penentuan grade ukuran lubang
pada nut grading drum diproleh
berdasarkan hasil analisa histogram.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektifitas kerja Nut Grading Drum adalah:
−
Umpan ;
−
RPM, diameter, dan panjang drum ;
−
Pengarah ;
−
Lubang nut grading drum.
7. Ripple
Mill dan Super Craker
Ripple Mill
berfungsi untuk memecah nut, memisahkan cangkang dan inti. Ripple Mill memecah nut dengan cara menjepit nut diantara ripple plate dan rotor. Pengoperasian
alat ini dimulai dengan menghidupkan motor dan diberikan feeding secara
perlahan hingga kapasitas normal. Setelah beroperasi satu jam ambil sample
untuk memeriksa efisiensi Ripple Mill.
Mekanisme
pemecahan nut dengan Ripple Mill yakni dengan penekanan nut yang masuk oleh
rotor pada dinding bergerigi
sehingga menyebabkan pecahnya
nut. Kecepatan rotor pemecah biji sekitar 900 –1000 rpm. Alat ini dapat memecah
nut tanpa melalui pemeraman dan
pengeringan di Nut Silo.
Beberapa
factor yang berpengaruh terhadap effisiensi Ripple Mill antara lain:
−
Kondisi ripple plate geriginya sudah
tumpul dan rod yang aus menyebabkan banyak nut tidak pecah
−
Jarak rotor dan ripple plate yang
terlampau rapat menyebabkan nut yang hancur cukup tinggi, jarak
direkomendasikan minimal seperempat inchi .
−
Destoner yang bekerja efektif memisahkan
batu dan benda asing lainnya dengan nut,
karena batu, baut atau logam lain dapat menyebabkan kerusakan ripple plate dan
rod.
−
Kapasitas Ripple Mill tidak overload.
−
Putaran rotor yang terlalu rendah <
900 rpm akan menurunkan effisiensi
(banyak nut tak pecah), sedangkan putaran terlampau tinggi kernel yang hancur
akan meningkat.
Kualitas
umpan dipengaruhi oleh :
−
Kekoplakan nut, kalau nut koplak maka
akan terhidarnya nut lekat pada cangkang;
−
Jenis buah (dura atau tenera) ;
−
Ukuran nut ;
−
Kadar air yang terkandung pada nut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingginya inti pecah yang keluar dari ripple mill adalah :
Clearance
antara ripple plate dengan rotor bar terlalu kecil
Umpan
yang terlalu banyak (berlebihan)
Nut
terlalu kering
Presentase
nut pecah pada umpan terlalu besar.

Gambar
42. Ripple Mill
8. Light
Tenera Dry Separation ( LTDS )
Fungsi
dari LTDS adalah :
−
Memisahkan cangkang, inti utuh dan inti
pecah ;
−
Membawa cangkang untuk bahan bakar boiler.
Pemishan
dilakukan dengan penghisapan menggunakan blower. Cangkang akan terhisap oleh
blower ke bagian atas dan selanjutnya diangkut untuk bahan bakar. Inti yang
lebih berat akan jatuh ke Kernel Garding
Drum ( Dry Sistem ), sedangkan inti yang lebih ringan dan cangkang yang
lebih berat jatuh ke Hydrocyclone ( Wet Sistem ).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja LTDS adalah :
−
Hisapan (Dumper Air Lock dan Fan) ;
−
Kebocoran ducting ;
−
Kualitas dan kuantitas umpan ;
−
Desain
;
−
Adjusment dumper column.

Gambar
43. Light Tenera Dry Separation (LTDS)
Ø
Hydrocyclone
Hydrocyclone berfungsi untuk
memisahkan kernel dari cangkang yang memakai prinsip berdasarkan perbedaan
berat jenis yang pemisahannya dilakukan dengan pusingan gaya sentrifugal. Untuk
memperbesar selisih berat jenis kernel
dan cangkang maka campuran dilewatkan melalui siklon sehingga inti akan keluar
lewat atas permukaan siklone sedangkan cangkang akan keluar lewat bagian bawah
cone. Pemisahan kernel di hidrosiklone dilakukan dengan dua tahap agar hasil
pemisahan lebih sempurna.
Ø
Cara
kerja Hydrocyclone
Sebelum terisi
campuran cangkang dan kernel bak
Hydocyclone terlebih dahulu diisi air selanjutnya mengikuti cara kerja berikut:
−
Campuran
kernel dan cangkang masuk ke bak”A1”yang
sudah berisi air selanjutnya campuran plus air dengan pompa P1 dipompa ke
cyclone “ C1”
−
Pada
cyclone “C1” dengan adanya gaya sentrifugal
fraksi cangkang terlempar
didinding cyclone selanjutnya akan turun
keluar melalui bagian bawah cyclone terus masuk ke bak “B1” sedangkan sebagian
besar kernel yang becampur air akan
keluar melalui vortex bagian
atas Cyclone “ C1”.kernel tersebut selanjutnya akan ditiriskan dengan ayakan
getar sebelum dikeringkan di silo kernel.
−
Fraksi
cangkang yang masuk ke bak”B1” masih mengandung lempengan atau pecahan
kernel,selanjutnya akan dipumpa “P2” ke cyclone “C2”
−

Pada cyclone “C2” merupakan tahap akhir pemisahan
kernel dan cangkang dimana cangkang yang keluar akan ditiriskan sebelum
ditransfer ke silo cangkang sedangkan
kernel yang keluar di transfer kembali ke bak A1.














Gambar 44. Hydrocyclone
9. Kernel
Grading Drum
Fungsi
dari kernel grading drum adalah :
−
Untuk menyaring nut utuh dan nut pecah
yang berukuran besar yang dapat terikut ke produksi untuk diolah ulang ;
−
Mengurangi beban peralatan pada proses
selanjutnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja kernel grading
drum adalah :
−
Lubang (kisi-kisi) pada drum baik ukuran
lubang maupun jumlahnya ;
−
Kualitas dan kuantitas umpan ;
−
Pengarah dan Tuas pembersih
−
RPM, diameter, dan panjang drum.

Gambar
45. Kernel Grading Drum
Ø Claybath
Fungsi
dari claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar
dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan pada perbedaan
berat jenis, bila campuran cangkang dan inti dimasukkan kedalam suatu cairan
yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti, maka untuk berat
jenisnya yang lebih kecil dari berat jenis larutan akan terapung diatas dan
berat jenisnya lebih besar akan tenggelam.
Prinsip pemisahan dengan
claybath didasari perbedaan berat jenis kernel basah yang mempunyai berat jenis
1.07 sedangkan cangkang mempunyai berat jenis 1.30.Pemisahan ini dengan
menggunakan bak yang bagian bawahnya berbentuk kerucut. Bak ini diisi air yang
berat jenisnya =1,0 kemudian ditambahkan kaolin atau tanah clay hingga BJ
cairan =1,20.selanjutnya campuran kernel dan cangkang dimasukkan maka kernel
akan naik kepermukaan dan cangkang akan turun dibagian dasar
memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat (CaCo3) sedangkan cangkangnya yang berat jenisnya
lebih besar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja claybath
adalah :
−
Berat jenis larutan ;
−
Kondisi pompa ;
−
Saringan getar ;
−
Kondisi umpan ;
−
Penyetelan underflow.
Pemilihan pemisahan cangkang dengan claybath mempunyai
beberapa kelemahan antara lain:
−
Keterbatasan
tanah clay dari sekitar pabrik sehingga harus didatangkan dari daerah lain yang
akan meningkatkan biaya pemisahan Kernel.
−
Campuran
tanah clay akan mengotori sekitar nya sehingga diperlukan kebersihan ekstra.
−
Penggantian
tanah secara periodik memerlukan
pengontrolan yang lebih banyak.
10. Kernel
Silo
Silo
digunakan untuk mengeringkan inti yg berasal dari hydrocyclone sampai kadar air
sesuai dengan ketentuan.
Temperatur
pemanas dilakukan seperti :
−
Tingkat-1 (paling bawah) 60 – 70 [oC]
−
Tingkat-2 (bagian tengah) 50 – 60 [oC]
−
Tingkat-3 (Paling atas) 40 – 50 [oC]
Kernel
Silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja dari
kernel silo adalah :
−
Temperatur ;
−
Waktu ;
−
Kualitas dan kuantitas umpan ;
−
Kondisi dan kebersihan heater ;
−
Steam supply, steam trap, strainer ;
−
Kondisi blowerfan ;
−
Kebersihan kisi-kisi dalam silo ;
−
FIFO (First In First Out).
Pada
kernel silo ada 3 tingkatan temperatur yaitu :
−
Bagian atas : 700C
−
Bagian tengah : 600C
−
Bagian bawah : 500C
Inti
yg sudah kering diturunkan melalui Shaking Grade

Gambar
46. Kernel Silo
11. Kernel
Storage
Fungsi
dari kernel storage adalah untuk
menyimpan inti produksi sebelum dikirim keluar dan untuk dijual. Kernel storage
pada umumnya berupa bulk silo yang
seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap air yang masih terkandung didalam
inti dapat keluar dan bila tidak ada fan kondisi didalam storage akan lembab,
yang pada akhirnya akan menimbulkan jamur pada inti sawit.
Flowchart Proses Stasiun
Pemisahan Kernel
![]() |
|
|
|





|

Gambar
47. Kernel Storage
Ø Pengeringan
Kernel
Kernel
yang berasal dari hasil pemisahan system
pneumatic dan hydrocyclone
dimasukkan ke silo kernel untuk
dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 7 %. Agar pengeringan berjalan dengan
baik level kernel di silo kernel diatur stabil 80 % volume silo. Kadar air kernel
yang rendah sangat penting sebelum
disimpan di bulk silo, hal ini untuk
menghindari tumbuhnya jamur yang dapat menurunkan kualitas kernel.
Lamanya pengeringan sekitar 15 jam
dengan temperature udara pengering 70-80 oC.
Pengeringan
yang biasa digunakan ada dua type yakni:
·
Pengering type Ractanguler
·
Pengering type cylindrical
·
Pengering type Rectanguler.
Pengeringan
kernel dengan udara panas yakni dengan mengalirkan udara panas melalui heater.
Pemanasan dilakukan dengan tiga tingkat yang berbeda-beda yaitu suhu bagian
atas 80 oC, bagian tengah 70 oC dan bagian bawah 60 oC.
Pengeringan type rectangular ada
kelemahannya karena bentuk silo kotak sering kernel melekat pada sudut
silo sehingga penurunannya tidak merata.
·
Pengering type cylindrical
Silo
ini berbentuk cylinder dilengkapai dengan heater yang berada dibagian bawah
cylinder. Udara panas dihembuskan melalui pipa di tengah cylinder kemudian disebarkan ke seluruh dinding silo. Dengan silo yang
berbentuk silinder kernel keluar lebih
lancar karena tidak ada yang melekat menempel didinding dan pemanasan lebih
homogen. Pengeringan suhunya terlampau tinggi akan menyebabkan terjadinya
discoloring dan juga menyebabkan minyak meleleh dari permukaan kernel, sehingga
akan menurunkan mutu kernel.
Ø Penyimpanan
kernel
Kernel
yang sudah kering keluar dari kernel silo ke kernel konveyor selanjutnya melalui system pneumatic /kernel
elevator dikirim ke bulk silo kernel.
Selama di bulksilo sebaiknya blower silo fan dihidupkan untuk mencegah
terjadinya kondensasi, yang mana air
yang timbul dari kondensasi dapat mempercepat korosi dinding bulksilo. Kernel
produksi yang dihasilkan harus memenuhi standard mutu sebagai berikut : kadar
air max. 7 %, kadar kotoran max. 7 % dan kernel pecah max. 15 %.
H.
Pembangkit Tenaga ( Power Plant )
1.
Diesel Genset
Diesel
Genset dioperasikan untuk melayani penerangan, bukan untuk melayani pabrik.
Untuk kebutuhan pabrik diesel genset hanya untuk Ketel Uap (Boiler) dan Pompa
pengisi air ketel pada saat start pabrik serta pada saat pabrik akan
dihentikan. Setelah turbin uap beroperasi dan berjalan normal diesel genset
dimatikan. Jika tenaga listrik dari turbin mencukupi untuk proses pengolahan,
maka diesel genset tidak dipakai, tetapi bila beban turbin berlebih maka diesel
genset dapat dioperasikan bersamaan turbin (paralel), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengoperasian adalah :
−
Tekanan dan level minyak pelumas
−
Temperatur mesin dan air pendingin
−
Putaran dan Beban mesin
−
Setiap 5000 [jam] Overhaul
Cara menghidupkan Diesel Genset adalah sebagai
berikut :
−
Sebelum Disel Genset dihidupkan,
terlebih dahulu diadakan pemeriksaan oli mesin, air pendingin, bahan bakar di
Fuel Tank, batery, kekencangan tali kipas serta panel genset
−
Selanjutnya tombol start On/Off ditekan,
frekuensi dan Cos Phi telah sesuai yg diinginkan (380[V], 50 [Hz], 0,8
−
Mesin dibiarkan pada putaran idle normal
selama 15 [mnt]
−
Atur melalui switch di panel agar agar
Rpm tercapai sesuai buku petunjuk dan frekuensi 50 [Hz]
−
Periksa tegangan, frekuensi dan Cos Q
−
Setelah semuanya sudah sesuai dengan
ketentuan, aliran listrik dihubungan dengan Main Panel dengan nematikan MCB
Dalam
Diesel Genset terdapat Thermometer yang fungsinya adalah untuk mengetahui suhu
dengan persyaratan akurasi 0° C.Diesel genset Beroperasi apabila Boiler dalam
masalah sehingga Diesel genset di operasikan secara bersamaan dengan Boiler
tersebut.
Perawatan
Diesel Genset.Untuk perawatan keadaan genset perlu didata Tekanan Oli Mesin,
Temperatur Oli, Temperatur air pendingin mesin, Ampere Charge Batterey,
Voltage, Frekuensi, Ampere dan KW, data dicatat di buku jurnal setial jam.
2. Steam
Turbin
Steam
turbin generator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk pembangkit tenaga
yang digerakkan oleh adanya gerakan mesin.dengan ada nya turbin uap tersebut
maka uap yang di hasilkan akan menjadi lebih maksimal.dalam turbin uap terdapat
alat ukur yang berfungsi sebagai mengatur tekanan steam keturbin dengan
persyratan akurasi kira-kira 0 kg/cm².
3.
Back Pressure Vessel (BPV)
BPV
( back Pressure Vessel ) yang terdapat pada power plant ada 2 unit yang dimana
fungsinya untuk meneruskan kembali uap melalui pipa-pipa yang dirangkai untuk
menuju ke sterilizer. BPV
juga berfungsi sebagai menghasilkan uap.
Dalam
BPV terdapat alat ukur yaitu Manometer yang berfungsi sebagai mengetahui
tekanan yang terdapat pada BPV. sehingga uap yang dihasilkan dapat terpenuhi ke
sterilizer.
Fungsi
dari BVP adalah mendistribusikan steam
untuk proses pengolahan, antara lain :
− Sterilizer
;
− Klarifikasi
;
− Press
dan digester ;
− Stasiun
kernel ;
− Storage
/ tangki limbah ;
− Fat
Pit.
a. Make
Up Valve
Fungsi
dari make up valve adalah untuk
mensuplai steam pada saat sterilizer kekurangan steam yang bekerja
secara otomatis dan terhubung dengan sterilizer
dab boiler.
b. Daerator.
Fungsi dari daerator adalah mensuplai
air untuk boiler.
c. Diesel
Engine ( Genset ).
Uap
bekas dari Turbin Uap ditampung dalam bejana uap bekas, kemudian dipergunakan
untuk processing terutama pada ketel rebusan dan stasiun lainnya yg membutuhkan
uap. Hal-hal yg perlu diperhatikan pada bejana uap bekas adalah sebagai berikut
:
·
Jika tekanan uap kurang dari 3 [kg/cm2],
maka uap harus diberi tambahan secara otomatis melalui reducer valve atau
secara manual melalui kran uap langsung (pipa by pass) di boiler.
·
Air di dalam bejana berada pada batas yg
ditentukan pada gelas penduga.
4. Boiler
Boiler
/ ketel uap adalah suatu pesawat yang dibuat guna menghasilkan uap dan dengan
jalan pemanasan yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar dengan proses
heat transfer. Uap yang dihasilkan digunakan untuk pemanasan pada proses
sebagai tenaga pembangkit energi listrik. Dalam boiler, air diubah menjadi uap
panas diserap air di dalam boiler dari uap dihasilkan secara kontiniutas. Air
umpan boiler dipompa ke boiler yang berubah menjadi uap. Ketika uap berubah
meninggalkan air mendidih padatan larutan yang berasal dari air umpan boiler
tertinggal menjadi bertambah kepekatannya lebih lanjut bisa menyebabkan
terbentuknya kerak / seposit dalam
boiler. Oleh karena itu apabila sudah melampaaui ambang batas yang ditetapkan
maka dilakukan blow down.

Gambar
48. Proses aliran uap hingga menghasilkan energy
Uap
yang dihasilkan boiler pada pabrik kelapa sawit digunakan untuk keperluan :
−
Sterilizer ;
−
Klarifikasi ;
−
Pengadukan di dalam digester ;
Pressan
yaitu untuk menghasilkan minyak dengan menggunakan screw press yang menggunakan
energi uap ;
−
Kernel plant ;
−
Storage tank.
Boiler
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pengolahan kelapa di pabrik
kelapa sawit. Dimana fungsi boiler adalah untuk menghasilkan steam dari
pipa-pipa air boiler .Pipa-pipa air tersebut dipanaskan dengan mengalirkan
udara panas dari hasil pembakaran di refractory yang dibagi menjadi dua yaitu :
·
Udara primer,yaitu udara yang di supply
dari rangka bakar (grade) ;
·
Udara sekunder,yaitu udara yang di
supply melalui corong masuk bahan bakar.
Secara
teori sejumlah bahan bakar memerlukan sejumlah udara agar pembakaran total
tercapai. Udara berlebih sebaiknya dihindarkam karena hal ini akan mendinginkan
tungku masak dan operasi boiler menjadi tidak efisien.Sedangkan udara yang di
supplysebanyak jumlah toritis ,maka pembakaran akan menjadi sempurna. Ada
berbagai cara untuk menentukan cukupnya jumlah udara yang di supply, yaitu :
·
Oksigen Berlebih
Sebuah
alat O2 meter dapat ditempatkan pada exhaust ducting agar mengukur oksigen
didalam emisi gas buang. Angka 2%-3% menunjukkan udara lebih cukup untuk proses
extra ini akan mendinginkan tungku.
·
Karbondioksida
Alat
ukur CO2 juga dapat digunakan dan dapat ditempatkan di ducting exhaust.Angka
12%-14% menunjukkan pembakaran yang baik.Kurang dari 12% berarti pembakaran
tidak sempurna dan diatas 14% menunjukkan udara berlebihan.
·
Emisi cerobong
Metode
ini umum digunakan di pabrik minyak
kelapa sawit dan dapat dilihatdari warna asap
yang keluar dari cerobong asapnya (chimney).
−
Jika warna asap yang kelur dari chimney
berwarna coklat muda,maka pembakaran baik.
−
Jika asap berwarna hitam pekat ,maka hal
ini menunjukkan terlalu banyak bahan bakar yang digunakan atau udara pembakaran
kurang.
−
Jika asap berwana putih atau tidak
terlihat pada saat boiler beroperasi,menunjukkan udara berlebih.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja boiler adalah :
·
Pengisian Bahan Bakar
Bahan
bakar boiler yang dipergunakan pada PKS Sei Silau adalah bahan bakar jenis
padat yaitu berupa serabut dan cangkang. Bahan bakar cangkang didapat dari sisa
pengolahan yang digerakkan oleh fruit atau timba dan conveyor. Bahan Bakar di
umpan melalui suta corong pengumapan , udara digunakan untuk mendorong bahan
bakar ketungku masak.Udara ini bertujuan agar pembakaran lebih efisien.
·
Inlet Bahan Bakar,Distribusi,Jumlah dan
tingginya.
Agar
distribusi bahan bakar lancar di sepanjang grate diperlukan paling sedikit 3
inlet.Bahan bakar dihindarkan menupuk di fire grate karena membuat pembakaran
tidak efisieni pembakaran.Semakin tinggi akan membuat pengeringan awal bahan
bakar.
·
Air Umpan Ketel
Kotoran
– kotoran yang terdapat di dalam umpan ketel harus diusahakan sedikit mungkin,
karena kotoran – kotoran tersebut dapat menimbulkan gangguan pada proses kerja
boiler.
Syarat
– syarat air umpan :
−
Jernih ;
−
Tidak berwarna ;
−
Bebas dari zat yang tidak larut ( sudah
dinetralisir ).
−
Desain Rangka Bakar dan Kebersihannya
Berapa
boiler yang baru memiliki lubang grate dan kipas FDF yang bertingkat tinggi.
Ini membuat pancaran udara primer begitu kuat sehingga dapat mengangkat bahan
bakar dan pencampuran udara primer dan bahan bakar kecil. Menggunakan cangkang
yang berlebih akan membuat lubang grade tutup oleh clinker (kerakarang).
Tertutupnya lubang grade akan menghalangi udara primer dan akibatnya boiler
tidak mampu mempertahankan tekanan.
Daerah
grate telah di design sedemikian rupa sehingga tersedia ruang yang cukup untuk
udara primer dan bahan bakar mengakibatkan pembakaran di dalam boiler menjadi
efisien.
·
Udara Primer
Udara
ini supply sebanding dengan bahan bakar yang di supply,baik dengan menggunakan
balance draft yang menggunakan kipas dorong (FDF) atau dengan penghisapan yang
menggunakan kipas hisap (IDF).
·
Udara Sekunder
Udara
ini adalah bentuk udara over fire. Udara ini diinjeksikan kedalam dapur sekitar
12 inchi diatas rangka dapur dan setelah di atur maka supplynya bertahan tetap.
·
Draft Balance
Tekanan
dapur dalam boilerharus vacuum dalam mengetahuinya dari furniss pressure
diusahakan tetap negative. Untuk membuat ke vacuman ini ,maka pengoperasian IDF
dan FDF harus disesuaikan. Bila aliran udara hendak dikurangi yang pertama
dilakukan adalah mengurangi setellan kipas FDF sebaliknya jika aliran udara
hendak ditambah yang pertama dilakukan menaikkan setelan kipas FDF.
·
Draft Adjustment
Banyak
boiler yang dioperasikan hanya dengan kipas IDF saja sedangkan,kipas FDF tidak
digunakan. Draft adjustmentdiatur dengan menggunakan dumper IDF inlet. Untuk
situasi pintu-pintu pembersih abu dapur dapat digunakan untuk mengendalikan
aliran udara,yaitu dengan mengoperasikannya dengan cara penyetelan slidding.
Spesifikasi peralatan pada boiler :
−
Kran Pengaman ;
−
Pengukur Tekanan ;
−
Kran Blowdon ;
−
Kran scum ;
−
Kran Browdom Header ;
−
Fusible Plugs ;
−
Air Release ;
−
Gelas Penduga ;
−
Control Level feed Water ;
−
Keraman dan fitting ;
−
Soot Blower ;
−
Pengukur temperature.
Adapun
tahapan-tahapan star-up boiler sebagai berikut :
1. Periksa
kondisi air ;
2. Periksa
kondisi accesoris dan mounting ;
3. Buka
kran air vent,superheater,dan drum ;
4. Hidupkan api ;
5. Tunggu
tekanan mencapai 3kg/cm2 lalu tutup air vent
drum ;
6. Hidupkan
FDF dan airlock bahan bakar ;
7. Tunggu
tekanan mencapai 13kg/cm2 dan atur dumper auster ;
8. Hidupkan
FDF dan Secondary air fan pada saat tekanan mencapai 15 kg/cm2 ;
9. Periksa
tekanan air ;
10. Setelah
tekanan mencapai 15 kg/cm2 maka buka kran
induk ;
11. Tutup
superheater air fan ;
12. Lakukan
blowdon.
I.
Persediaan
Air ( Water Supply )
Water
Supply adalah penyediaan air dalam jumlah yg mencukupi untuk keperluan pabrik
& domestik (rumah tangga) disertai mutu yg sesuai dengan norma yg
ditentukan.
Proses
pemurnian dilakukan dengan penambahan bahan kimia tertentu seperti aluminium
sulphate dan soda abu dengan tujuan mengumpulkan kotoran yg terkandung dalam
air mudah dipisahkan. Beberapa peralatan lain yg berkaitan dengan water supply
antara lain :
1. Pompa
air sungai (Raw Water Pump).
2. Tangki
pemisah endapan/lumpur (Clarifier Tank).
3. Saringan
Pasir (Sand Filter).
4. Menara
air (Water Tower).
5. Pompa
air (Water Pump).
6. Pompa
bahan kimia (Chemical Pump).
1. Pompa Air Sungai (Raw Water Pump).
Raw
Water Pump digunakan memompakan air dari sungai (sumber air) ke tangki pemisah
(Clarifier Tank). Saat air dipompa, bahan kimia yg telah dilarutkan (agar lebih
homogen) dimasukkan hingga pengendapan lebih cepat. Kapasitas pompa disesuaikan
dengan kebutuhan air pa-brik ± 1,5 [m3/mnt] dan domestik sebesar 150
[ltr/orang], hal-hal yg perlu diperhatikan antara lain :
−
Mencegah terisapnya lumpur di bawah pipa
isap
−
Pemeriksaan dan pembersihan menyeluruh
dilakukan setiap bulan .
2. Tangki
pemisah endapan/lumpur ( Clarifier Tank )
Tangki
pemisah endapan/lumpur digunakan untuk pengumpulan dan pembuangan kotoran/
lumpur setelah bercampur dengan bahan kimia. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
−
Pembuangan lumpur dilakukan apabila
endapan telah mencapai kran kontrol
−
Pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh
dilakukan setiap minggu
3. Saringan
Pasir ( Sand Filter )
Penyaring
pasir digunakan untuk menghilang-kan atau menyaring endapan yg masih terdapat
dalam air setelah tangki pengendapan. Alat ini terdiri dari tabung silinder yg
di dalamnya berisi pasir kwarsa sebagai alat penyaring. Air dari tangki pemisah
endapan masuk ke dalam tangki penyaring pasir bagian atas dan melalui pasir
keluar dari bawah tangki. Kotoran dan sisa endapan tertahan oleh pasir.
Hal-hal
yg perlu diperhatikan dalam pengoperasian :
−
Apabila tekanan air dlm tangki bagian
atas ± 5 [psi] berarti ronggo pasir telah tersumbat dan perlu dilakukan
pencucian (Back Wash) dengan cara :
−
Kran pemasukan air dari atas ditutup
−
Kran keluar air bagian bawah ditutup
−
Buka kran buangan di atas
−
Buka kran pemasukan bagian bawah dan
pompakan air hingga yg keluar dari buangan atas bersih
−
Perhatikan tekanan Back Wash jangan
terlalu tinggi hingga pasir terbuang. Jika pasir terikut dengan air hasil
penyaringan, adakan pemeriksaan pada nozzle
−
Pemeriksaan kran dilakukan setiap bulan
4. Menara Air ( Water
Tower )
Menara
air dipergunakan untuk menimbun dan membagi air untuk peralatan yang memerlukan
air. Pemeriksaan dilakukan setiap bulan.
5. Pompa Air ( Water
Pump )
Pompa
ini digunakan untuk memompa air yang keluar dari saringan pasir ke menara air.
Pemeriksaan dilakukan setiap minggu.
6. Pompa
bahan kimia (Chemical Pump).
v Pengendalian
Proses
−
Pemompaan air dari sungai harus rutin
dilakukan untuk menjaga agar air di waduk senantiasa penuh.
−
Instalasi pipa dan Pompa dari raw water
tidak ada kebocoran dan selang – selang dan Pompa injeksi kimia tidak ada yang
pecah / bocor.
−
Melakukan back wash di sand filter
setiap hari dan pembuangan endapan di Clarifier Tank setiap shift dan
pemeriksaan kondisi dan volume pasir sand filter dilakukan setiap tahun.
−
Pencucian water basin dan Clarifier Tank
minimal 6 bulan sekali.
−
Jar test harus dilakukan setiap hari dan
pencampuran bahan kimia untuk pemurnian air dibuat berdasarkan hasil test ini.
−
Resin harus diregenerasi bila parameter
silica dan hardness melewati batas yang ditetapkan dan pemeriksaan kualitas resin
dilakukan minimal setahun sekali.
−
Pencampuran bahan kimia untuk regenerasi
harus sesuai dengan takaran yang
ditentukan dan dalam pencampuran air harus diisikan terlebih dahulu baru
kemudian ditambahkan bahan kimianya.
−
Karena bahan kimia yang dipakai adalah
bahan kimia yang reaktif baik asam maupun basa, maka tanki-tanki yang
dipergunakan harus tahan terhadap sifat asam atau basa, sehingga kebocoran
dapat dicegah.
−
Pastikan flow meter berfungsi dengan
baik dan dicatat pemakaian air setiap hari.
J.
Limbah Kelapa Sawit
Limbah
padat Pabrik Kelapa Sawit dikelompokkan menjadi dua, yaitu
limbah yang berasal dari pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan
limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa tandan
buah kosong (TBK = empty fruit bunch) yang terbuang dari penebah setelah
tandan rebus dipisahkan dari buahnya, cangkang atau tempurung (palm shell), dan
serabut atau serat (fiber). Sedangkan limbah padat yang berasal dari pengolahan
limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.
Disuatu
pabrik kelapa sawit (PKS) Kebutuhan listrik adalah sekitar 14 – 16 kWh/ton TBS.
Untuk keperluan penerangan dan lain-lain waktu pabrik tidak atau belum mulai
mengolah dapat dipasang diesel sebagai pembangkit listrik. Diesel juga biasa
diinstalasikan sebagai pembangkit cadangan.Pembangkitan energi merupakan salah
satu manfaat yang dapat diperoleh dari pengolahan limbah PKS. Pemanfaatan dalam
bentuk energi ini berpotensi besar mengingat limbah tersebut masih memiliki
nilai kalor yang cukup tinggi.
Pada
dasarnya semua limbah padat Pabrik
Kelapa Sawit dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam Pabrik
Kelapa Sawit, yaitu sebagai bahan bakar ketel
uap untuk memasok kebutuhan uap panas dan pembangkitan listrik. Limbah serabut
dan cangkang dapat dipakai langsung begitu keluar dari proses produksi sebagai
bahan bakar. Tergantung pada rancangannya, ketel uap dapat dioperasikan dengan
memanfaatkan 100% cangkang, 100% serabut atau kombinasi antara keduanya. Proses
konversi energi untuk menghasilkan uap yang diperlukan dalam pembangkitan
listrik maupun keperluan proses diperoleh dari pembakaran langsung. Pembakaran
merupakan proses oksidasi bahan bakar yang berlangsung secara cepat untuk
menghasilkan energi dalam bentuk kalor. Karena bahan bakar biomassa utamanya
tersusun dari karbon, hidrogen dan oksigen, maka produk oksidasi utama adalah
karbondioksida dan air, meskipun adanya nitrogen terikat juga dapat menjadi
sumber emisi oksida nitrogen. Tergantung dari nilai kalor dan kandungan air di
bahan bakar, udara yang diperlukan untuk membakar bahan bakar serta konstruksi
tanur, suhu pijar dapat melebihi 16500C. Energi listrik yang dapat dibangkitkan
dengan bahan bakar cangkang dan serabut dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Untuk sebuah Pabrik Kelapa Sawit dengan kapasitas 100 ribu ton TBS
per tahun akan dihasilkan sekitar 6 ribu ton cangkang dan 12 ribu ton serabut.
Dengan mengasumsi bahwa efisiensi pembangkitan sekitar 25%, akan diperoleh
energi listrik sebesar 7,2 – 8,4 GW(e)h untuk cangkang dan 9,2 – 15,9 GW(e)h
untuk serabut. Karena kebutuhan listrik untuk produksi adalah sebesar1,4 – 1,6
GW(e)h, Pabrik Kelapa Sawit mampu mandiri dalam hal pasok
energi untuk kebutuhan operasionalnya. TBK pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bakar. Energi yang dihasilkan dapat dikonversikan menjadi listrik dengan jumlah
yang cukup signifikan. Sebagai ilustrasi, sebuah Pabrik Kelapa Sawit dengan kapasitas 100 ribu ton TBS
per tahun menghasilkan sekitar 23 ribu ton TBK yang mampu membangkitkan energi
ekuivalen dengan 30 GW(e)h pada tingkat efisiensi konversi 25%. Berbeda dengan
limbah serabut dan cangkang, karena kadar airnya yang tinggi (antara 65% -70%),
TBK terlebih dahulu memerlukan proses pengeringan dalam bangsal penyimpanan,
tanpa penyinaran matahari langsung. Proses ini memerlukan ruangan yang cukup
besar. Itu sebabnya jika TBK hendak dimanfaatkan dalam jumlah banyak untuk
pembangkitan listrik, TBK segar dapat dilewatkan lebih dahulu dalam perajang
(muncher) untuk kemudian diperas dalam kempa. Sebagai imbalan akan dapat
diperoleh kembali minyak dan inti sawit yang tadinya akan hilang sebagai buah
yang tertinggal dalam TBK.
Dalam
kondisi TBK tidak dipakai untuk keperluan energi karena kadar airnya yang
tinggi, limbah padat yang lain (serabut ditambah dengan cangkang) akan menjadi
alternatifnya. TBK yang sudah dikeringkan dapat digunakan pula untuk pembakaran
permulaan (fire up) sebelum pabrik menghasilkan limbah serabut. Keperluan TBK
untuk ini biasanya hanya sedikit, sehingga masih banyak sisanya. Sampai di sini
pemanfaatan terpadu limbah Pabrik
Kelapa Sawit memungkinkan dijalankannya
mekanisme combined heat and Power (CHP) yang sekaligus menghasilkan uap untuk
pabrik minyak kelapa sawit dan listrik untuk disalurkan ke jaringanlistrik di
dalam maupun luar Pabrik Kelapa Sawit, lokal maupun propinsi.

Gambar 49. Pohon
Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
Dasar –dasar Pengolahan
1.
Karakteristik Limbah
a.
Limbah Padat
b.
Limbah Cair
2.
Mekanisme Perombakan Limbah
3.
Reaksi Kimia
4.
Reaksi Biokimia
5. Reaksi
Perombakan Cairan Limbah
6.
Keasaman limbah
7.
Suhu
8.
Nutrisi
9.
Udara
10. Reaksi
Aerobik
a. Diffuse
b. Aeration
Blowing
11. Sprinkle
12. Aeration
Tower
1.
Pengendalian Mutu Air Limbah
Cairan
limbah PKS
sebelum dibuang ke sungai terlebih dahulu ditampung dan diolah di kolam limbah
sampai cairan tersebut memenuhi syarat untuk dibuang. Beberapa perlakuan
pengendalian mutu air limbah meliputi :
a.
Pendinginan
Air limbah segar yang keluar dari pabrik umumnya
masih panas (50 – 70 oC) dan masih diperlakukan pendinginan sesuai
dengan kondisi pengendalian limbah yang diinginkan bakteri. Pendinginan
dilakukan dengan dua cara yaitu
·
Menara pendingin, yaitu pendinginan air
limbah dengan menggunakan menara yang kemudian dibantu dengan bak pendingin.
Alat ini mampu menurunkan suhu limbah dari 60 oC menjadi 40 oC.
·
Kolam pendingin, yaitu pendinginan
limbah dengan kolam. Pendinginan ini dikombinasikan dengan pengutipan minyak.
b.
Deoiling Pond
Berfungsi untuk mengutip minyak hingga kadar minyak
0.4 %. Deoiling pond ini merupakan instalasi tambahan membantu fat pit yang
hanya mengutip minyak.
c.
Pengasaman
Limbah
yang segar mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan menghasilkan
senyawa asam. Agar senyawa ini tidak mengganggu proses pengendalian limbah maka
dilakukan pengasaman. Dalam kolam ini pH limbah umumnya berkisar 3 – 4 dan
kemudian pH nya naik setelah asam-asam organik terurai kembali oleh proses
hidrolisa yang berlanjut.
d.
Netralisasi
Limbah yang masih asam tidak sesuai untuk
pertumbuhan mikroba, oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan
kimia atau cairan alkali. Bahan yang sering ditambahkan ialah soda api, kapur
thor, abu tandan kosong, dan cairan limbah yang sudah netral. Penambahan alkali
dilakukan atas dasar pH air limbah. Netralisasi dapat dibantu dengan perlakuan
sirkulasi yaitu memakai sludge yang berasal dari kolam fakultatif yang
mempunyai pH netral.
e.
Kolam Pembiakan Bakteri
Kolam
pembiakan limbah dibuat untuk membiakkan bakteri pada awal pengoperasian
pengendalian limbah.
f.
Kolam Anaerobik
Limbah
yang telah dinetralkan dialirkan ke dalam kolam anaerobik untuk di proses.
Proses perombakan limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah dengan
bakteri yang berasal dari kolam pembiakan lebih baik. Untuk mengefektifkan
proses perombakan dalam kolam anaerobik maka perlu diperhatikan beberapa faktor
yaitu :
·
Sirkulasi
Untuk
mempertinggi frekuensi persinggungan antara bakteri dengan substrat maka
dilakukan sirkulasi dalam kolam itu sendiri. Sirkulasi dalam kolam anaerobik
semakin efektif jika inlet kapasitas pompa sirkulasi setara dengan kapasitas
outlet. Hisapan sirkulasi ditempatkan di dasar kolam limbah dan dicegah agar
tidak bersinggungan dengan udara.
·
Resirkulasi
Resirkulasi
adalah pemasukan hasil olah limbah dari kolam di hilir ke kolam di hulu dengan
tujuan untuk memperbaiki kondisi substrat dalam pH, nutrisi, dan kelarutan
·
Kandungan minyak
Kandungan
minyak yang masuk ke dalam kolam akan mempengaruhi aktifitas bakteri, yaitu
minyak tersebut berperan sebagai isolasi antara substrat dengan bakteri. Minyak
tersebut bila bereaksi dengan alkali dapat membentuk sabun berbusa yang sering
mengapung di permukaan kolam dan bercampur dengan benda-benda lain yang disebut
scum. Untuk mengaktifkan proses perombakan maka scum yang terlalu tebal diatas permukaan
limbah perlu dibuang karena scum yang tebal menyulitkan gas methane keluar
keudara terbuka dan menghambat pergerakan limbah sehingga penyebaran bakteri
dan lumpur aktif yang dimasukkan tidak merata.
·
Kedalaman dan volume kolam
Kedalaman
kolam anaerobik harus dipertahankan dengan melakukan pengorekan secara
terjadual. Kedalaman yang berkurang akan menyebabkan aktifitas bakteri menurun.
Begitu pula untuk volume kolam yang kecil akan menurunkan retention time, yang
berarti menghentikan perombakan bahan organik pada tingkat BOD tertentu. Untuk
mengefisiensikan perombakan substrat maka dibuat kolam anaerobik atas dua tahap
yaitu anaerobik primer dan sekunder. Tujuannya adalah untuk membuat aliran
dalam kolam teratur dan retention time setiap partikel mempunyai kesempatan
yang sama dan waktu tunggu yang sama.
g.
Jenis bakteri Yang Dikembangkan
Oleh
karena bahan organik yang terkandung dalam limbah didominasi oleh karbohidrat,
sellulosa, protein, lignin, dan minyak sehingga dicari bakteri yang mampu
merombak bahan organik tersebut dan satu dengan yang lain tidak antagonis.
h. Kolam
Fakultatif
Kolam
ini merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi kolam aerobik.
Didalam kolam ini proses perombakan anaerobik masih tetap berjalan, yaitu
menyelesaikan pekerjaan yang belum diselesaikan pada kolam anaerobik. Pada
bagian hulu kolam masih menunjukkan adanya gelembung udara yang keluar dari
dalam air limbah sedangkan pada bagian hilir kolam hampir tidak ada.
i.
Kolam Aerasi
Pada
kolam aerasi ditempatkan alat yang dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut
dalam air, dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi dengan baik.
Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan cara diffusi atau persentuhan air
dengan udara.
j.
Kolam Sedimentasi
Kedalaman
kolam ini dangkal sekitar 2.5 meter menjadikan adanya kontak udara yang
memungkinkan terjadinya diffusi udara kedalam air. Kolam ini adalah kolam yang
terakhir dan air limbah telah dapat dialirkan ke sungai. Beberapa kendala yang sering timbul
didalam pengolahan limbah diantaranya disebabkan oleh :
−
Kelebihan umpan
−
Kapasitas berkurang karena solid
menumpuk/mengendap.
−
Kadar minyak tinggi
−
Pengawasan yang tidak baik.
−
Pencampuran / sirkulasi tidak baik
karena pompa rusak.
Parameter
baku mutu limbah cair untuk industri minyak kelapa sawit sesuai Kepmen LH No.
Kep-51/MenLH/10/1995 yaitu :
−
pH : 6 – 9
−
BOD : 100 mg/L
−
COD : 350 mg/L
−
Padatan Tersuspensi Total (TSS) :
250 mg/L
−
Minyak dan Lemak :
25 mg/L
−
NH3 – N Amoniak Nitrogen : 50 mg/L
k.
Kolam Land
Aplikasi
Land Application (LA) merupakan system pemanfaatan
air limbah untuk mengairi kebun kelapa sawit dengan membuat kolam-kolam kecil
(Flat-bed) dan dangkal dengan jarak antar kolam + 50 Cm. Kolam-kolam ini
dibuat dalam jumlah yang banyak sehingga dapat menampung beban limbah sebanyak
50% dari total kapasitas olah terpasang pabrik. Misalnya, jika kapasitas olah
pabrik 60 Ton perjam TBS, maka beban limbah yang masuk sekaligus yang dikirim
ke lahan LA adalah sebesar 30 Ton limbah cair perjamnya.

Gambar .Skema pembuatan land aplikasi di lokasi kebun kelapa sawit
![]() |
Dimensi kolam flat bed Land aplikasi.
2.
Baku mutu land
aplikasi
Air
limbah yang dialirkan ke lahan dengan system land aplikasi merupakan air limbah
Eks kolam anaerobic primer yang memiliki pH 9 dan memilik BOD 50.000 ppm. Baku mutu ini didasarkan pada
kandungan senyawa-senyawa organic yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kelapa
sawit.
Masalah
yang sering menghambat penyerapan tanah pada kolam land aplikasi adalah
pendangkalan, oleh sebab itu perlu dilakukan pengorekan kembali kolam tersebut
2 (dua) kali dalam setahun untuk memperbesar kontak penyerapan air limbah.